Kehendak Tuhan dalam Mempercayakan Misi Injil kepada Saya

Im Hye-min dari Hwaseong, Korea

14,916 views

“Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Yoh 8:32

Tuhan menganugerahkan kebenaran perjanjian baru untuk memberikan kebebasan benar kepada kita yang berdosa di sorga dan datang ke bumi ini. Sejak saya menerima kebenaran ketika saya masih pelajar, saya menikmati sepenuhnya berkat Tuhan berupa kebebasan rohani.

Namun, saya mulai berubah setelah masuk ke perguruan tinggi. Saya menemukan semakin banyak hal yang ingin saya coba, dan perintah Tuhan serta ajaran-Nya terasa seperti rantai yang membelenggu saya. Keluhan dan sungut-sungut mulai muncul dan menjadi cukup besar hingga di luar kendaliku. Cinta dan emosi yang saya rasakan pada awalnya berangsur-angsur hilang. Saya merasa tidak nyaman dengan nasihat dan perhatian saudara-saudari yang datang dengan kasih mereka.

Saya tahu lebih baik dari siapa pun bahwa secara rohani saya menempuh jalan yang salah. Namun masalahnya adalah saya tidak tahu harus mulai memperbaikinya dari mana; Saya juga tidak yakin apakah mungkin untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan seperti sebelumnya.

Saya pikir segalanya akan berubah jika lingkungan saya berubah. Sepertinya saya akan mampu menghilangkan pola pikir negatif saya dan mendapatkan kembali keyakinan saya seperti pertama kali yang penuh kegembiraan jika saya tinggal di tempat yang berbeda dengan pola pikir yang baru. Pada waktu itu, saya mendapat kesempatan pergi ke luar negeri untuk pelatihan bahasa. Saya pikir ini adalah kesempatan yang baik untuk saya. Setelah berpikir panjang, saya berangkat ke Brisbane, Australia, dengan harapan yang samar-samar.

Saat itu, saya belum tahu bahwa sikap saya terhadap kehidupan iman tidak akan ikut serta berubah meskipun saya mengubah lingkunganku. Saya masih egois, ceroboh, dan canggung. Seperti kata pepatah Korea: “Ibarat mangkuk yang bocor di dalamnya, bocor juga di luarnya.”

Ketika saya menyelesaikan kursus bahasa dan memiliki sedikit waktu tersisa sampai masa berlaku visa saya habis, saya lebih sering pergi ke gereja. Hanya dengan begitu saya bisa melihat sekelilingku yang sebelumnya kurang saya perhatikan. Saya menyesal karena saya tidak pernah membantu Sion.

Saya merasakan misi muncul di hati saya seperti nyala api kecil; Saya ingin menemukan setidaknya satu jiwa sebelum kembali ke Korea. Saya merasakan semangat untuk Injil setelah sekian lama! Saya dengan berani pergi memberitakan Injil setiap hari; Sebelumnya saya belum pernah memberitakan Injil begiru banyak di Korea.

Itu sangat sulit bagi saya. Saya segera kehabisan energi, dan tidak ada hasil yang terlihat membuat saya merasa lemah. Selain itu, kekurangan dan sisi kasarku menjadi lebih jelas saat saya bersama saudara-saudari yang baik hati. Merasa frustasi dan kesal, saya sering menangis ketika sendirian di kamar.

Saya ingin menyerah dalam segala hal dan kembali ke Korea, tetapi saya tidak bisa, karena saya tahu pasti ada alasan mengapa Tuhan membawa saya ke sini. Kapan pun saya merasa tertekan, saya menenangkan diri dengan menulis surat kepada Ibu Sorgawi, dan memberitakan Injil lebih giat lagi dengan tekad untuk tidak pernah menyerah.

Tuhan rela menolongku ketika saya putus asa meminta pertolongan-Nya. Dia memberiku kekuatan dan iman yang kuat agar saya tidak merasa kelelahan. Tuhan pun merendahkan hatiku dan menghilangkan kesombonganku yang sampai ke langit.

Kekuatan terbesar yang memotivasi saya untuk memberitakan Injil adalah buah yang Tuhan berikan kepada kami secara terus-menerus. Saya sangat tersentuh ketika melihat saudara-saudari, yang baru saja menerima kebenaran, mengakui Tuhan Elohim dengan mulut mereka, menaati peraturan perjanjian baru, dan dengan berani memberitakan Injil kepada keluarga dan teman-teman mereka.

Sebelumnya saya pernah menganggap memberitakan Injil tidak ada artinya. Saya tidak mengerti mengapa mereka meluangkan waktu dari jadwal sibuk mereka untuk memberitakan firman Tuhan. Menemukan anggota keluarga sorgawi seperti itu kelihatannya tidak realistis bagi saya. Saya mempunyai cara berpikir yang sempit dan dangkal.

Tuhan mempercayakan saya dengan misi Injil untuk membangkitkan jiwaku yang belum dewasa dan memberikan saya bakat-bakat berharga untuk Injil. Saya sangat menyesal dan bersyukur kepada Tuhan atas berkat-Nya. Setelah berperan serta dalam memberitakan Injil barulah saya menyadari betapa berharganya jiwa, betapa Bapa dan Ibu sangat menyayangi anak-anak Mereka, betapa saya telah berdosa karena bertindak sesukaku, dan betapa saya telah menyakiti dan mengkhawatirkan saudara-saudariku.

Sekarang saya mengerti mengapa Tuhan mempercayakan misi Injil kepada kita. Perubahan sejati dimulai dari dalam diri, bukan dari faktor atau keadaan luar, dan perubahan hati terjadi selama proses pemberitaan Injil. Jika saya mengabaikan misi Injil bahkan di Australia, jiwa saya akan tetap berkeliaran tanpa tujuan dan tanpa arah.

Bapa dan Ibu menunggu saya untuk dilahirkan kembali, meskipun saya tidak bijaksana dan tidak dewasa. Sekarang saya penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan, bukan mengeluh lagi. Inilah anugerah Bapa dan Ibu yang telah menunggu saya dengan sabar dan penuh kasih. Ini juga merupakan kebebasan jiwa saya yang dapat saya nikmati setelah menyadari kebenaran. Sekarang saya telah kembali ke Korea, dan satu-satunya hal yang tersisa bagi saya adalah bekerja keras untuk menyelesaikan misi Injil, yang telah saya abaikan sebelumnya. Sampai pekerjaan Injil selesai, saya hanya akan memandang kepada Tuhan dan memberitakan kebenaran, sebagai pekerja yang setia dan rendah hati.