Setelah Menyadari Bapa dan Ibu Sorgawi

Simon Peter Lindmer dari Gothenburg, Swedia

9,971 views

Saya lahir di Denmark, dan ketika saya berumur dua belas tahun, saya dan ibu saya pindah ke Malmö, Swedia. Seiring bertambahnya usia, saya menjadi egois dan tidak menemukan makna apa pun dalam hidup. Saya pindah kembali ke Denmark dan berpesta sebanyak yang saya bisa. Saya mulai banyak berolahraga, ingin menjadi yang terkuat dan paling tampan. Kemudian, saya pindah kembali ke Swedia dan kembali ke sekolah dengan niat memulai hidup baru.

Suatu hari, seseorang mengetuk pintu saya. Dua orang Korea sedang berdiri di luar, ingin memberitahukan kepada saya tentang Tuhan Ibu. Karena mereka tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, saya tidak begitu mengerti apa yang mereka bicarakan, namun saya tetap tertarik. Mereka mencoba menjelaskan dengan menulis di selembar kertas dan saya mencari di Google apa yang tidak saya mengerti. Tetapi saya masih belum mengerti banyak. Lalu mereka bertanya kepada saya apakah mereka bisa datang kembali minggu depan dengan seseorang yang bisa berbahasa Swedia. Pada minggu berikutnya, mereka kembali dengan seorang jibsanim Swedia seperti yang telah mereka janjikan. Dia menjelaskan tentang Tuhan Ibu dan tentang hari Sabat. Saya dapat memahami dan ingin mengetahui lebih banyak, sehingga mereka mengundang saya ke Sion.

Ketika saya masuk ke dalam, saya disambut oleh para anggota. Saya sedikit terkejut karena semua orang sangat ramah dan penuh kasih sayang. Menerima kasih sayang para anggota, saya terus mengunjungi gereja dan belajar. Akhirnya, ketika saya mempelajari nubuat Alkitab tentang Bapa dan Ibu, tidak ada alasan untuk tidak percaya kepada Tuhan. Tidak lama setelah itu, saya dilahirkan kembali menjadi anak Tuhan.

Ketika saya memberitahu ibuku bahwa saya akan menjadi seorang Kristen, awalnya dia sangat bahagia. Namun ketika saya menjelaskan bahwa gereja yang saya hadiri berbeda dengan gereja Swedia lainnya, dia menjadi sangat khawatir dan tidak ingin saya kembali ke gereja tersebut. Namun, saya tetap beriman, dan tak lama kemudian Tuhan membukakan jalan bagiku untuk memimpin ibuku ke Sion.

Saya mengundangnya ke Sion. Karena dia menderita suatu penyakit, sulit baginya untuk keluar dan melakukan sesuatu tetapi dia setuju untuk ikut dengan saya ke Sion.

Ketika dia datang ke Sion, kami makan bersama dan berbicara tentang Alkitab. Dia memperhatikan bagaimana saya, yang sombong, berubah.

Merasakan kasih para anggota, dia terus datang ke Sion, dan segera dia menjadi anak Tuhan juga.

Hidupnya penuh dengan kesulitan. Setahun yang lalu, dia menjalani beberapa kali operasi dan beberapa kali hampir meninggal. Dia juga mempunyai masalah dengan jantung dan perutnya. Tetapi Bapa dan Ibu selalu membantunya.

Dalam salah satu operasinya untuk menghilangkan bekuan darah di jantungnya, dokternya menemukan bahwa tubuhnya telah membuat arteri baru untuk mengalirkan darah sehingga dia dapat bertahan hidup meskipun mengalami beberapa kali pembekuan darah. Mereka takjub melihat betapa banyak perubahannya selama satu setengah tahun terakhir.

Semua orang di sekitar ibuku juga terkejut, karena dia selalu sakit dan putus asa. Namun, dia menjadi lebih penuh kasih dan bahagia. Saat ini, dia menginjil kepada orang-orang yang datang membantunya. Beberapa dari mereka mengunjungi Sion. Dia masih harus menanggung kesulitan jasmaninya, namun dia telah belajar menangani dirinya sendiri dan mengatakan bahwa hal terpenting dalam hidupnya adalah mengikuti Bapa dan Ibu yang telah mempersiapkan segalanya untuknya.

Setelah menyadari Bapa dan Ibu Sorgawi, seluruh kehidupan saya juga telah berubah. Sebelumnya saya tidak mendengarkan orang lain tetapi hanya memikirkan diriku sendiri, namun sekarang saya mendengarkan firman Tuhan dan memikirkan Tuhan dalam kehidupanku sehari-hari. Saya berupaya untuk mengikuti teladan Bapa dan Ibu Sorgawi dengan sikap rendah hati, meninggalkan pikiran yang sombong.

Setelah menyadari bahwa hal rohani lebih penting daripada hal jasmani, saya selalu berusaha memikirkan aspek rohani terlebih dahulu. Dalam situasi apa pun, saya merasa ada sesuatu yang perlu saya pelajari dan itu ada kehendak Tuhan untuk membantu saya bertumbuh. Saya juga tahu bahwa meskipun hal-hal yang dapat dengan mudah menggangu saya atau sulit untuk ditanggung terkadang terjadi, saya melihatnya sebagai kesempatan untuk melatih pengendalian diri dan mempraktikkan ajaran Ibu daripada menyerah pada keadaan.

Beberapa bulan setelah saya menerima kebenaran, saya mulai ikut menginjil. Awalnya saya hanya mengikuti saudara-saudari. Namun ketika mereka menyemangati saya, saya mulai menginjil juga, sedikit demi sedikit. Saat saya memberitakan Injil, saya menyadari betapa pentingnya memberitakan Injil itu. Sejak itu, walaupun sibuk bekerja, saya berusaha sebaik mungkin meluangkan waktu untuk memberitakan Injil.

Musim panas yang lalu, saya mengunjungi Korea, dan di sana saya berkesempatan bertemu Ibu. Sejak saya menerima kebenaran, saya ingin bertemu dengan Ibu Sorgawi. Saya telah banyak mempelajari Alkitab dan mengetahui bahwa Alkitab itu benar, namun masih sulit bagi saya untuk benar-benar memahami bahwa Ibu ada di dunia ini. Saya tahu bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, namun sulit untuk memahaminya 100% di lubuk hati saya. Namun saat saya bertemu Ibu, aku saya merasakan kasih-Nya yang tak batasnya. Ibu berkata kepadaku, “Aku mencintaimu.”

Sekarang saya kembali ke Swedia. Saya lebih memahami perbedaan menginjil dengan kasih Ibu dan dengan kasih sayang saya sendiri. Saya ingin memiliki kasih Ibu dan bersatu di Sion bersama saudara-saudari. Menginjil dengan kasih Ibu, saya ingin menemukan semua saudara dan saudari kita yang hilang.