Pikiran yang Bersyukur

9,422 views

Lima orang dari Chongqing, Cina, yang tidak pernah saling mengenal, membentuk sebuah grup musik. Mereka memiliki profesi dan kepribadian yang berbeda seperti dokter, ibu rumah tangga, dan tim pemasaran real estat, dan semuanya tidak tahu apa-apa mengenai musik. Meskipun demikian, sambil memegang gitar, bass, dan marakas (sebuah alat musik ritme) di tangan mereka, mereka berlatih dengan keras untuk pertunjukkan dengan dilatih oleh seorang instruktur musik yang profesional. Nama band itu adalah “One Man’s Band.” Para anggota telah berencana untuk memainkan lagu-lagu sulit seperti “Reborn” dan “Feel Life.” Nama band berasal dari kisah para anggota, yang menerima donor kornea, ginjal, dan hati dari seorang pendonor yang meninggal beberapa waktu lalu. Setelah mendengar bahwa pendonor itu menyukai musik dan berada di garis depan untuk kepentingan publik, mereka membentuk sebuah grup musik untuk membantu orang-orang melalui musik.

Tidak lama setelah “One Man’s Band” diperkenalkan ke media massa, muncullah “Tim Basket One Man’s.” Setelah paruh pertama pertandingan basket professional All-Star, sebuah tim basket berseragam dengan nama yang sama melangkah masuk ke stadion. Tim yang terdiri dari tiga pria paruh baya, seorang remaja berusia 22 tahun, dan seorang siswa berusia 14 tahun, memainkan sebuah permainan khusus selama dua menit dengan tim All-Star pada hari itu. Mereka semua telah menerima jantung, paru-paru, hati, dll. dari seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, yang bermimpi menjadi seorang pemain basket. Setelah kembali memiliki kehidupan yang sehat, mereka menyiapkan sebuah acara untuk mengenang pendonor tersebut dan memenuhi mimpinya. Kerumunan orang banyak memberikan tepuk tangan meriah dan sorak sorai kepada “Tim Basket One Man’s,” terlepas dari kemampuan basket mereka.

Tak satu pun dari penerima donor berbakat dalam bidang musik ataupun basket. Mereka hanya lebih bersemangat daripada orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dengan memerangi penyakit dan kekurangan mereka. Itulah mengapa ketulusan para penerima donor, yang ingin membalas atas kehidupan baru yang diberikan kepada mereka dengan melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan para pendonor, menimbulkan kesan yang besar pada orang-orang.

Tuhan telah menyelamatkan kita dari kematian kekal dan membawa kita kepada hidup yang kekal dengan mendirikan Paskah perjanjian baru dengan tubuh dan darah-Nya. Untuk ini, Ia tidak ragu menderita kesakitan salib dan menanamkan harapan sorga di dalam hati kita sehingga kita dapat diselamatkan dari rantai dosa dengan menjaga iman sampai akhir. Karena Dia juga menjanjikan bahkan mahkota kehidupan, kasih karunia-Nya begitu melimpah.

Sepuluh orang yang menderita kusta pergi menemui Yesus dan memohon pada-Nya untuk disembuhkan. Yesus mendengarkan mereka, tetapi hanya satu orang Samaria yang kembali untuk berterima kasih pada-Nya. Yesus merasa sedih dan menjanjikan keselamatan kepada dia yang memuliakan Tuhan (Luk 17:11-19).

Jika kita ingin membalas kasih karunia Tuhan yang telah memberikan kita hidup yang baru, marilah kita menemukan dan melakukan apa yang menyenangkan Tuhan. Tidak diperlukan kemampuan khusus. Meskipun nampaknya sedikit atau kurang cukup di mata kita, Tuhan memberikan kekuatan dan mencurahkan berkat-berkat Roh Kudus yang melimpah kepada mereka yang mencoba untuk membalas kasih karunia-Nya.