
“Israel! kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? pilihlah bagimu seorang untuk mengalahkan aku. Jika ia mengalahkanku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat menungguli (membunuh, BIMK) dia maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami! Mengapa tidak seorang pun keluar? Apakah tidak ada prajurit di antaramu?”
Ketika tentara Filistin menyerang tanah Israel, orang Israel berkumpul dan berkemah di Lembah Tarbantin dan menyusun barisan perang mereka untuk menghadapi orang Filistin. Orang Filistin berdiri di bukit yang satu dan orang Israel berdiri di bukit yang lain, dengan lembah di antara mereka. Kemudian keluarlah seorang pendekar dari tentara orang Filistin menghina orang Israel dan mulai berperang. Namanya Goliat. Tingginya sekitar tiga meter. Berbekal ketopong tembaga dan baju zirah, ia menghunus tombak yang berat. Raja Saul dan pasukan Israel begitu takut dengan ukuran tubuhnya yang besar sehingga mereka bahkan tidak berpikir untuk melawannya, meskipun ia maju untuk mengejek orang Israel setiap pagi dan sore selama empat puluh hari. Pada waktu itu, seorang anak muda bernama Daud datang ke medan perang untuk menyampaikan pesan kepada ayahnya, Isai, untuk melihat keadaan kakak-kakaknya. Di sana, Daud mendengar Goliat meneriakkan tantangannya setiap hari. Karena geram dengan tantangan mengejek yang dilontarkan Goliat kepada orang-orang Israel, Daud datang kepada Raja Saul dan berdiri di hadapannya.
“Janganlah seorang tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan melawan orang filistin. Aku telah biasa menggembalakan kambing domba ayahku. Apabila datang singa atau beruang yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya, dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini; dan orang Filistin yang mencemooh Tuhan akan menjadi seperti salah satu dari pada binatang itu. Aku percaya bahwa Tuhan akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu, sama seperti Ia telah melepaskan aku dari cakar singa dan cakar beruang.”
Raja Saul yang telah mencoba menghentikannya, telah mengizinkannya untuk maju berperang melawan Goliat, melihat betapa kuat dan teguh tekadnya. Daud menanggalkan baju zirah dan pedang yang diberikan Saul kepadanya karena ia tidak terbiasa dengan benda-benda itu. Kemudian ia mengambil tongkatnya di tangannya, memilih lima batu yang licin dari sungai sebagai umbannya, menaruhnya di dalam kantung gembala yang dibawanya, dan mendekati Goliat.
“Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat? Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang.”
Ketika Goliat membenci Daud muda dan mengutuknya, Daud berteriak kepadanya.
“Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, kemenangan dalam pertempuran itu hanya datang dari Tuhan.”
Akhirnya, mereka berlari saling berhadapan. Akan tetapi, raksasa Goliat itu tiba-tiba jatuh terjerumus dengan mukanya ke tanah. Batu yang dilempar Daud menancap di dahi Goliat. Daud berlari menghampiri raksasa yang tersungkur itu dan memenggal kepalanya. Orang Filistin yang kehilangan pahlawan mereka ketakutan dan melarikan diri, dan Israel pun menang besar.
Biasanya, orang membandingkan peperangan antara orang yang lebih kecil dan lemah dengan lawan yang lebih besar dan kuat dengan peperangan antara Daud dan Goliat. Goliat, yang adalah raksasa prajurit, telah menjadi pejuang sejak muda, sedangkan Daud, anak muda itu, hanyalah seorang penggembala. Sekilas, pertarungan itu tampak seperti pertarungan biasa antara yang kuat dan yang lemah. Namun, pada kenyataannya, itu adalah pertandingan antara “orang yang mengandalkan kemampuannya sendiri” dan “orang yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan”. Karena Daud menyadari kelemahannya, ia meminta kekuatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan dikaruniai kuasa dari Tuhan. Beranikah seseorang menyebut Daud lemah?
Seperti yang tertulis dalam Alkitab, “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Kor 12:10), orang yang mengetahui kelemahannya adalah orang yang terkuat. Karena ia lemah, ia tidak percaya pada kemampuannya sendiri tetapi lebih mengandalkan Tuhan, dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan-Nya. Marilah kita menyadari kekurangan dan kelemahan kita, dan mengenakan kekuatan Tuhan setiap hari. Maka kita akan mengalami kemenangan yang luar biasa.