Kualitas Iman

9,319 views

Doris Martin, seorang konsultan ternama dunia, mencapai satu kesimpulan setelah mengamati dan mempelajari berbagai orang selama 20 tahun: perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan dalam hidup berasal dari kebiasaan seseorang. Habitus, sebuah konsep yang dikemukakan oleh sosiolog Perancis Pierre Bourdieu, mengacu pada kebiasaan dan selera yang tertanam dalam tubuh melalui pendidikan atau lingkungan sosial dan budaya.

Dalam bukunya, Martin fokus pada kebiasaan individu yang mencapai kesuksesan yang signifikan di berbagai bidang. Ia mengidentifikasi pembelajaran umum yang mereka terima, termasuk: ① Jangan terpengaruh oleh kritik. ② Kemurahan hati membangun kualitas. ③ Tetapkan tujuan yang jelas dan upayakan untuk mencapainya. ④ Bahasa yang digunakan menunjukkan statusnya. Melalui pelajaran ini, individu-individu ini memperoleh kebajikan seperti tekad yang kuat, wawasan, dan ketekunan.

Demikian pula dalam perjalanan menuju tujuan sorga, ada keutamaan yang harus diwujudkan seseorang. Menurut 2 Petrus 1:4, mereka yang pada akhirnya akan masuk sorga harus mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Ketika seseorang semakin dekat dengan sifat-sifat Tuhan—seperti kerendahan hati, kesabaran, kelembutan, dan kasih—kualitas iman akan meningkat.

Kualitas keimanan tidak bisa diraih dalam semalam. Jika ada hal-hal yang kurang atau perlu perbaikan, daripada mencoba mengubah semuanya sekaligus, kita harus berusaha terus dan konsisten. Dengan melakukan setiap ajaran yang terdapat dalam Alkitab, pada akhirnya kita akan berhadapan dengan diri kita sendiri yang mempunyai kualitas iman yang lebih tinggi.

“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” Kol 3:12–14