Berkat Hari Raya yang Tak Dapat Dihentikan Bahkan oleh Seekor Singa

Djangue, Rudolphe dari Douala, Kamerun

14,202 views

Saya adalah seorang montir listrik. Saya bekerja di sebuah perusahaan yang menjual alat berat penebangan. Ketika Hari-hari Raya Musim Gugur sudah mendekat, saya harus melakukan perjalanan bisnis karena salah satu mesin bermasalah. Perjalanan bisnis tersebut dapat menghabiskan waktu berhari-hari, tetapi Hari Raya Serunai yang sudah saya nanti-nantikan tinggal beberapa hari lagi. Saya ingin menunda perjalanan bisnis ini, tetapi hal itu merupakan masalah yang darurat, dan tidak ada lagi orang lain yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Saya memutuskan untuk pergi sambil meminta kepada Tuhan melalui doa untuk membantu saya menyelesaikan masalah ini dan kembali tepat pada waktunya.

Daerah yang saya tuju adalah sebuah kota bernama Obala, terletak dekat Yaounde, ibu kota Kamerun. Saya mengira bahwa saya dapat kembali pada malam hari jika saya pergi pada waktu subuh. Akan tetapi, dalam perjalanan ke sana, saya menyadari bahwa daerah tujuan saya telah berubah. Tempat yang harus saya pergi adalah sebuah daerah bernama Niga, sebuah hutan yang terletak lebih jauh dari Obala. Hampir tidak mungkin untuk kembali dalam satu hari dari tempat itu.

Saya berangkat pada jam 5 subuh. Akan tetapi, hari hampir siang ketika saya tiba di Obala. Saya harus pergi menuju hutan dari sana. Saya tiba di Niga sekitar jam 1 siang dengan ojek, tetapi bahkan pengemudi ojek tersesat karena jalan untuk sampai ke lokasi sangatlah sulit. Setelah menghabiskan waktu sekitar 2 jam mengemudi di sekitar hutan, kami kembali ke posisi awal kami. Saya menjadi semakin gelisah. Setelah banyak melalui jalan yang berkelok-kelok, saya sampai di tempat tujuan sekitar jam 4 sore. Saya bekerja secepat mungkin, tetapi sudah lewat jam 7 malam pada saat saya menyelesaikan pekerjaan saya.

Di sekeliling saya gelap gulita. Saya tidak tahu bagaimana saya akan berhasil kembali dari hutan. Saya belum pernah ke sana dan sulit untuk melihat arah mana yang harus saya tuju untuk keluar dari hutan; Saya merasa terjebak di sana. Saya berdoa dengan sepenuh hati kepada Tuhan lalu sebuah ojek tiba-tiba muncul di depan saya di tempat yang terpencil. Itu adalah sebuah keajaiban. Hal tersebut terasa seperti sebuah film.

Akan tetapi, itu hanyalah awal cerita seperti sebuah film. Di dalam perjalanan untuk keluar dari hutan dengan ojek, tiba-tiba turunlah hujan menurun. Kami tidak dapat menambah kecepatan karena jalurnya sangat sempit sehingga kami hampir tidak dapat melewatinya jika ada yang datang dari arah berlawanan, dan juga karena hujan turun sangat deras. Meskipun keadaannya membuat frustrasi, kelihatannya kami sudah hampir keluar dari hutan. Tiba-tiba, sang pengemudi menghentikan motornya. Dengan perasaan ingin tahu apa yang sedang terjadi, saya melihat ke depan dan melihat sesuatu yang tidak dapat dipercaya; seekor singa, raja hutan, yang hanya saya lihat di TV, berbaring di sana, hanya tiga sampai empat meter dari kami.

Singa itu menghalangi seluruh jalan. Saya tidak percaya apa yang saya lihat. Saya sangat terkejut. Ketika saya memikirkannya lagi, saya bersyukur karena hujan turun. Kami dapat berhenti di depan singa karena kami mengemudi dengan lambat. Jika sepeda motor itu melaju dengan kecepatan normal, kami pasti akan menabraknya. Tentu saja, saya tidak punya waktu untuk memikirkannya saat itu. Ketakutan yang dirasakan saat berdiri di hadapan seekor singa, mustahil untuk membayangkan tanpa mengalaminya sendiri. Kami terjebak di sana sehingga tidak bisa pergi lebih jauh atau berbalik dan melarikan diri.

Saya merasa takut, tetapi pada saat yang sama saya khawatir tidak akan bisa pulang tepat waktu. Saya harus keluar dari hutan pada akhir hari itu untuk dapat merayakan hari raya keesokan harinya. Namun, tidak ada yang bisa saya lakukan terhadap singa itu. Saya tidak dapat memohon dengan berkata, “Tolong biarkan saya pergi. Saya harus pergi.” Dan saya tidak memiliki keberanian seperti Daud yang memukul singa dan menyelamatkan seekor domba dari mulutnya. Itu sangatlah menakutkan dan menyeramkan.

Kami berhadapan dengan singa selama 40 menit seperti itu. Jantung saya berdegup kencang, dan yang bisa saya lakukan hanyalah berdoa. Tiba-tiba, singa itu berdiri dengan perlahan.

“Apakah dia akan datang mendekati saya?”

Tubuh saya gemetar. Saya tidak pernah begitu gugup dalam hidup saya. Tetapi, singa itu perlahan masuk ke dalam hutan. Kami segera melewati tempat singa itu berbaring sebelumnya, dan ketika saya melihat ke belakang, saya melihat singa itu kembali ke tempat itu dan berbaring kembali. Sepertinya singa itu menyingkir sebentar sehingga saya dapat pergi dan merayakan hari raya.

Saya tak dapat mengatakan apa pun selain “Terima kasih, Bapa dan Ibu.” Kelihatannya bahkan singa pun tidak dapat menghentikan kita untuk pergi kepada Tuhan. Menuliskan harum Sion sekarang ini terasa bagaikan mimpi.

Inilah yang terjadi setelah itu. Saya melakukan perjalanan dari Niga ke Obala, dan pada saat saya tiba di ibu kota, Yaounde, dari Obala, itu sudah jam 1 pagi. Lalu, saya melakukan perjalanan selama lima jam dari Douala ke Yaounde dengan bus, waktu itu sudah jam 6.25 pagi ketika saya tiba di rumah. 25 jam telah berlalu sejak saya meninggalkan rumah.

Saya mengganti baju dan langsung pergi ke gereja. Saya merasa sangat tersentuh saat saya berjalan ke gereja untuk memelihara kebaktian pagi hari raya Serunai. Dapat berdiri di Sion merupakan sebuah mukjizat, dan itu merupakan kasih dan karunia Tuhan.

Melalui pengalaman ini yang mungkin jarang terjadi pada siapa pun, saya menyadari bahwa saya hanyalah seorang yang lemah yang tak dapat melakukan apa pun tanpa bantuan dari Tuhan, dan saya benar-benar dapat merasakan kasih Tuhan yang telah menyelamatkan kita dari situasi yang sangat darurat dan berbahaya. Dan saya dapat merasakan dari dalam lubuk hati saya betapa besar iman yang dimiliki oleh tokoh Alkitab seperti Daniel yang tidak berhenti berdoa kepada Tuhan meskipun dia mengetahui bahwa dia akan dilemparkan ke dalam gua singa serta Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang telah mengakui imannya kepada Tuhan bahkan di hadapan kematian dan diselamatkan dari dalam perapian, yang tujuh kali lebih panas dari biasanya.

Saya berdoa supaya saya juga dapat mempunyai iman yang kuat seperti mereka. Ketika melakukan penginjilan dan menyelamatkan saudara-saudari rohani kita, saya akan pergi dengan berani, bersandar pada kekuatan Tuhan. Saya dapat melakukannya karena tidak ada yang dapat menghentikan kita di jalan berkat yang mana Tuhan selalu ada bersama dengan kita.