Pendidikan Kepemimpinan Staf Pastoral Wanita di Seluruh Dunia

Memenuhi misi penginjilan dengan kasih dan Pengajaran Ibu

Korea Selatan

27/4/2019 10,631 views

Selain para anggota staf pastoral pria Gereja Tuhan yang mengabdikan diri pada pekerjaan penginjilan untuk menyelesaikan gerakan menginjil kepada tujuh miliar orang di seluruh dunia, ada anggota-anggota staf pastoral wanita, yaitu istri staf pastoral, yang melayani anggota gereja dan merawat gereja dengan rendah hati. Pada tanggal 27 April telah diadakan pendidikan kepemimpinan bagi staf pastoral wanita di Bait Suci Yerusalem Baru Pangyo di Korea. Program ini dilaksanakan selama lima hari, dihadiri oleh staf pastoral wanita dari 400 gereja Korea dan dari 52 negara termasuk AS, Peru, Filipina, Mongolia, dan India. Para pemimpin gereja cabang yang mengunjungi Korea pada periode yang sama juga turut berpartisipasi dalamnya dan menegaskan kembali visi dan misi Injil mereka sebagai seorang nabi.

Program ini dimulai dengan kebaktian Sabat (27 April). Pada kebaktian pagi, Ibu memuji staf pastoral wanita, menyebut mereka “bunga-bunga yang memancarkan harum manis di belakang layar di tempat terendah”, dan menyemangati mereka, mengatakan, “Karena kalian mewarisi kasih Tuhan yang rela untuk menyelamatkan anak-anak-Nya dengan mengorbankan diri-Nya, kalian telah melewati kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika bekerja untuk Injil dengan sukacita dan syukur serta merawat saudara dan saudari seperti dirimu sendiri. Berkat usaha-usaha kalian, penginjilan dunia sedang diselesaikan dengan lebih cepat.” Di bawah subyek, “Kasih Adalah Yang Paling Besar di Antara Semuanya”, Ibu memberikan suatu pelajaran: “Kasih memungkinkan apa yang tidak dapat dilakukan dengan pengetahuan dan akal sehat. Walaupun kasih menjadi dingin dalam suasana egoisme dan kesulitan keuangan saat ini, Saya berharap kalian akan dengan rajin memberikan kasih dan makanan kehidupan kepada orang-orang di dalam dan luar Sion dengan kata-kata yang berkarunia dan saleh sebagai anak-anak Tuhan.” Ibu mengikuti seluruh jadwal pendidikan kali ini, termasuk Konferensi Global Gereja Bahagia dan Seminar Alkitab Internasional dan sangat memperhatikan makanan dan tempat tidur peserta. Staf pastoral wanita yang berpartisipasi dalam pendidikan kini melihat perhatian Ibu itu dan melaluinya belajar kebajikan yang mereka butuhkan seperti kepedulian dan pola pikir untuk melayani orang lain.

“Tergerak oleh pengabdian kalian yang menyerupai Ibu, Tuhan akan mengaruniakan berkat yang lebih berlimpah untuk setiap gereja,” kata Kepala Pendeta Kim Joo-cheol. Dia membahas sifat kepemimpinan yang dibutuhkan oleh staf pastoral wanita dengan rinci. Yang pertama adalah pentingnya kata-kata. “Sepatah kata dapat meninggalkan bekas luka yang tak terhapuskan atau menyembuhkan hati yang terluka. Karena itulah, kata-kata harus digunakan dengan hati-hati sebagai sarana untuk menyampaikan kasih Tuhan dan kebenaran,” ujarnya. Untuk itu, staf pastoral dan istrinya yang bertanggung jawab atas rumah Tuhan membutuhkan sikap yang lemah lembut dan rendah hati serta cara berpikir yang menganggap kehendak Tuhan sebagai prioritas utama. Kepala Pendeta Kim memberikan pengajaran khusus dengan tema “Perbedaan Pandangan”. Melalui pengajaran khusus itu, dia menyebutkan berbagai contoh dan pengalaman dalam pelayanan, supaya mereka dapat mengenali perbedaan budaya antara Timur dan Barat, dan perbedaan antara staf pastoral dan anggota-anggota biasa. “Sekarang penginjilan ke tujuh miliar orang dijalankan dengan cepat. Seperti laut menerima semua hal kotor dan memurnikannya, kita semua harus memiliki pikiran yang cukup luas untuk mengenali perbedaan pemikiran dan pandangan serta menutupi kesalahan anggota kita. Maka, kita dapat bersatu sepenuhnya,” katanya, menekankan kemurahan hati dan toleransi (Luk 23:39-42; Mat 12:35-37; Ef 4:26-32; Mzm 132:12-15; Yes 51:3).

Selama periode pendidikan kini, staf pastoral wanita berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka satu sama lainnya di berbagai acara seperti Seminar Alkitab Internasional Arise & Shine 2019, Konferensi Global Gereja Bahagia, dan Lokakarya Global untuk Staf Pastoral Wanita, mencari peran yang cocok untuk kehendak Tuhan. Pada hari terakhir program, staf pastoral wanita Korea melihat-lihat pameran “Hati Bapa yang Sesungguhnya” (di Gereja Gwanak, Seoul) dan pameran tulisan dan foto “Ibu Kita” (di Gereja Sahngdaewon di Seongnam), di mana mereka memahami kasih suci orang tua jasmani dan Orang Tua rohani. Staf pastoral wanita luar negeri melakukan tur ke tempat-tempat terkenal seperti Desa Tradisional Korea, Desa Hanok (rumah tradisional Korea), Istana Gyeongbokgung, dan Menara Seoul N untuk melihat budaya tradisional dan perkembangan Korea sambil membayangkan betapa hebatnya penginjilan akan diselesaikan di masa depan.

“Melalui pendidikan ini, Ibu menunjukkan kepada kita seratus persen teladan tentang apa peran kita dan bagaimana kita harus menanggungnya. Saya akan menjalani sisa hidup saya untuk keluarga sorgawi sama seperti Ibu, jauh dari pikiran dan perbuatan yang egois,” kata Jibsa Sindy Quintero (Baltimore, MD, AS).

“Ini semua berkat kasih Bapa dan Ibu bahkan sampai penduduk desa Himalaya dapat menerima kebenaran. Misi saya sekarang adalah merangkul semua anggota supaya saya tidak akan kehilangan satu pun dari jiwa-jiwa yang telah ditemukan Bapa dan Ibu dengan air mata dan pengorbanan,” kata Jibsa Rama Humagain (Dharan, Nepal), menunjukkan resolusinya untuk penginjilan.

Staf pastoral wanita yang mendengarkan firman Alkitab, mengamati teladan kasih Ibu, dan menghabiskan waktu dalam pertobatan dan syukur, lalu kembali ke gereja mereka dengan senyum di wajah mereka dan hati yang penuh syukur.