Kesempatan Kedua

Lee Jun-geon dari Chennai, TN, India

6,068 views

Saya masih dengan jelas mengingat hari saat saya menginjakkan kaki saya di tanah India untuk pertama kalinya dengan orang tua saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Saya bersemangat naik pesawat untuk pertama kalinya dalam hidup saya, tetapi Tiruchirapalli yang terletak di tengah negara bagian Tamil Nadu merupakan sebuah dunia baru bagi saya. Panas yang menyengat merupakan suatu hal yang baru juga. Karena masih kecil, saya berpikir, “Kenapa kita tidak kembali ke Korea?” Kaki saya sakit berada di lantai batu dan sering kali saya takut pada seekor kadal yang tiba-tiba muncul. Karena itu merupakan kota kecil yang bahkan tidak memakan waktu satu jam untuk perjalanan dari ujung sampai ke ujung lainnya, sangatlah sulit untuk menemukan restoran makanan siap saji.

Para anggota Sion sangat membantu saya beradaptasi dengan gaya hidup di sini. Saya mendapatkan banyak bantuan dari mereka karena saya tidak berbicara bahasa Inggris dengan lancar, apalagi bahasa Tamil. Sebenarnya, orang-orang setempat belajar untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan jujur sejak masa kecil mereka. Jadi saya merasa bersemangat kapan pun saudara dan saudari mengekspresikan kasih dan semangat mereka untuk penginjilan. Kapan pun kami pergi ke daerah yang jauh dengan bus, kami saling berbicara dan berbagi makanan yang telah kami bawa. Setiap kali saya mengenang hari-hari itu, saya menjadi tersenyum.

Meskipun saya tidak mengetahui Injil secara mendalam, saya terkagum dan bersemangat untuk melihat jumlah saudara dan saudari tumbuh hari demi hari di gereja rumah yang kecil dan Sion didirikan dengan cepat di kota-kota sekitar. Saya ingin berkontribusi untuk pekerjaan penginjilan walaupun hanya sedikit, tetapi telah tiba waktu bagi saya untuk kembali ke Korea. Saya merasa sedih untuk berpisah dengan saudara dan saudari yang telah menjadi dekat dengan saya dan merasa menyesal karena saya telah menghabiskan waktu saya seperti seorang anak yang belum dewasa. Saya membuat sebuah resolusi untuk kembali lagi sebagai seorang nabi dan membalas kasih dari Tuhan dan saudara-saudari untuk kasih yang telah saya terima, jika saya mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali ke India. Dengan mengukir harapan ini dalam pikiran saya, saya naik ke pesawat bersama orang tua saya dan kembali ke Korea.

Kesempatan kedua untuk pergi ke India tiba lebih cepat dari yang saya bayangkan. Saya kembali ke Korea, menjadi seorang pemuda dan menjalani jalan seorang pekerja injil dan Tuhan mengirimkan saya ke Chennai, ibukota Tamil Nadu, India. Saya telah beberapa kali pergi ke sana ketika saya tinggal di Tiruchirapalli. Sekarang, saya pergi ke sana sebagai seorang nabi Injil, bukan sebagai anak kecil yang berdiri di belakang orang tuanya. Saya bersemangat dan juga khawatir walaupun ini merupakan sesuatu yang telah lama saya impikan; saya khawatir jika saya tidak dapat menjadi teladan yang baik bagi para anggota.

Meskipun demikian, alasan saya masih ingin pergi ke India sudah jelas; sebenarnya, setelah saya kembali ke Korea, saya menyadari bahwa hari-hari yang saya lalui di India merupakan karunia Tuhan dan bahwa Tuhan mencurahkan berkat pada saya dengan berlimpah-limpah di sana. Meskipun saya merasa khawatir, saya bertekad untuk melakukan yang terbaik pada waktu ini sehingga saya tidak memiliki penyesalan di kemudian hari.

Saat saya tiba di Bandara Chennai, saya terkejut dengan cuaca yang dingin. Ini cuaca yang tidak terbayangkan, dibandingkan dengan panas yang saya rasakan dahulu. Ini seperti hadiah yang menyenangkan dari Tuhan. Di Sion, saudara dan saudari menyambut saya dengan senyuman indah dan semangat. Beberapa saudara dan saudari yang saya temui saat saya mengunjungi Chennai sebelumnya senang melihat saya lagi, sambil mengingat waktu itu. Itu terasa menyenangkan dan menyentuh seolah-olah semua anggota keluarga yang tidak saling bertemu dalam waktu yang lama berkumpul pada Hari Libur Nasional dan berbincang-bincang; semua ketegangan yang mengikuti saya dari Korea telah mencair dan saya bersyukur kepada Tuhan karena telah mengizinkan saya untuk bertemu dengan keluarga sorgawi saya yang penuh kasih.

Saya mendapatkan penyadaran baru sementara berfokus pada pekerjaan penginjilan di India. Di sini, setiap rumah memiliki altar atau benda-benda untuk melayani allah mereka. Setiap pagi, orang-orang menyapa allah mereka dengan mempersembahkan bunga pada altar. Acara yang paling penting diadakan di kuil pada setiap daerah dan banyak orang mendedikasikan seluruh kehidupan mereka pada allah mereka dengan percaya bahwa tidak ada yang dapat terjadi tanpa bantuan dari allah. Praktik penyembahan allah mereka telah terukir dalam kehidupan mereka.

Jadi, sangatlah menyentuh saat mereka bertemu Tuhan yang benar, lalu hidup mereka berubah menjadi hidup yang diberkati dengan menyembah Tuhan. Saudara dan saudari yang menerima kebenaran dan datang ke Sion memanjatkan syukur kepada Tuhan dalam setiap situasi, bersandar pada Tuhan bahkan untuk hal yang kecil dan berusaha keras untuk hidup tulus menurut kehendak Tuhan. Mereka mengingatkan saya pada orang-orang kudus pada masa gereja awal yang tertulis dalam Alkitab, setiap kali saya melihat mereka menginjil dengan keras dan saling berbagi hal yang baik walaupun keadaan mereka sedang sulit.

Selama bekerja bersama dengan saudara dan saudari, saya merasa bahwa Injil memiliki pengaruh besar pada setiap individu dan bahkan mengubah gaya hidup mereka. Beberapa saudara-saudari melakukan perjalanan jauh untuk memelihara hukum Tuhan dan banyak dari saudara dan saudari memberitakan Injil tanpa menyerah meskipun orang-orang menolak kebenaran karena perbedaan kepercayaan dan budaya. Untuk membantu gereja-gereja cabang, beberapa pekerja Injil melakukan perjalanan yang memakan waktu dari empat puluh menit sampai tujuh jam dari Gereja Chennai. Saya mendapatkan kekuatan setiap kali saya mendengar berita bahwa anggota keluarga sorgawi telah ditemukan karena para anggota menginjil dengan persatuan dan bersandar pada Tuhan.

Khususnya, ketika anggota siswa berbicara tentang karunia Bapa dan Ibu Sorgawi, saya tidak hanya menyadari bahwa Tuhan dan kebenaran hidup merupakan harta yang berharga yang tidak dapat digantikan dengan apa pun, tetapi saya juga bertobat karena saya terkadang melupakan nilai kebenaran yang telah saya pelajari sejak masa kecil. Lalu saya merasa bahwa saya kurang sebagai seorang nabi dan saya merasa bersalah kepada Tuhan karena saya tidak cukup baik untuk berbagi kasih dengan saudara-saudari. Belakangan ini, saya belajar dari para anggota Sion tentang sikap yang benar dalam melayani Tuhan, kasih persaudaraan, dan semangat untuk penginjilan.

Sekarang saya sedikit memahami mengapa Tuhan memanggil saya ke India sebanyak dua kali. Ketika saya kembali ke India, ada cukup banyak kesulitan yang tidak saya perkirakan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya sering berpikir, “Sekarang, saya pasti telah terbiasa pada kehidupan saya di India,” namun pada kenyataannya, segalanya terasa baru dan asing. Bukan hanya perbedaan budaya dan lingkungan hidup, tetapi bahasa juga menjadi sebuah masalah. Di Negara Bagian Tamil Nadu, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Tamil bukan bahasa Hindi. Saya merasa percaya diri bahwa saya tidak memiliki masalah dalam mengingat bahasa Tamil yang telah saya pelajari ketika saya masih kecil, tetapi itu tidaklah mudah seperti yang saya pikirkan. Dan karena saya terbiasa mendengar bahasa Tamil, saya merasa tertekan mendengar komentar menyakitkan dari mereka yang menolak kebenaran dan menghalangi pekerjaan Injil.

Bagaimana pada waktu kedatangan Bapa Sorgawi yang kedua kali ke bumi ini? Dua ribu tahun yang lalu, Bapa menahan penderitaan salib untuk memberitakan Injil Kerajaan Sorga dan membuka jalan kepada keselamatan untuk anak-anak-Nya yang telah kehilangan kebenaran Perjanjian Baru. Saya tidak pernah dapat membayangkan betapa sakit perjalanan-Nya pada waktu kedatangan-Nya yang pertama kali. Namun, Dia datang kembali ke bumi ini di mana semua ingatan yang menyakitkan dan menyedihkan masih terasa jelas. Karena saya pergi ke tempat yang sama lagi, saya dapat memahami sebagian kecil dari kasih-Nya yang tak terbatas. Saya juga menyadari betapa saya harus bersyukur terhadap lingkungan penginjilan yang telah diberikan kepada saya.

Saya akan melaksanakan misi saya dengan, mengukirkan kasih dan pengorbanan Bapa dalam hati saya. Sambil melayani Tuhan dengan tulus dan mengikuti teladan-Nya, saya akan menjalani jalan penginjilan dengan tekun di India dengan pikiran untuk mengasihi saudara-saudari saya seperti diri saya sendiri sehingga pada kesempatan kedua ini yang telah saya nantikan tidak akan berubah menjadi penyesalan.