Menuju Lautan Injil, di mana Ombak Berkat Bergejolak
Oh Ji-yeong dari Incheon, Korea
Republik Panama yang terkenal dengan Terusan Panama merupakan sebuah negara di mana saya memiliki ingatan tentang penginjilan masa pendek pertama saya. Meskipun periodenya yang singkat, waktu yang saya habiskan untuk menginjil sepanjang hari dan membagikan kasih Ibu dengan saudara-saudari luar negeri adalah benar-benar saat yang menggembirakan. Satu hal yang membuat saya merasa tidak enak adalah saya memerlukan banyak bantuan dari saudara-saudari setempat, karena saya tidak dapat menjelaskan dengan akurat bahkan firman-firman Alkitab yang saya ketahui akibat bahasa Spanyol saya yang buruk. Inilah alasan mengapa saya kembali memilih Panama untuk misi jangka pendek ketika saya diberikan kesempatan setelah dua tahun berlalu sejak misi pendek pertama di tahun 2019. Saya bertekad untuk memberitakan kebenaran dengan berani dan membagikan kasih yang telah saya terima dua kali lipat.
Sebelum keberangkatan, saya berfokus pada belajar Alkitab dan bahasa Spanyol. Bertepatan dengan itu, diadakan “Pertandingan Khotbah Alkitab Bahasa Asing” yang memotivasi saya untuk berlatih memberitakan dalam bahasa Spanyol dengan lebih lagi. Bahkan setelah pertandingan, saya berlatih bahasa Spanyol sesering yang saya bisa, sehingga saya tidak melupakannya dan saya memperkuat iman saya, mendengarkan khotbah kapan saja saya memiliki kesempatan. Namun, saya mulai merasa cemas seiring tanggal keberangkatan mendekat. Saya masih merasa bahwa saya masih kurang dalam banyak hal.
‘Jika seseorang yang berbicara bahasa Spanyol lebih baik dari saya dan memiliki iman yang lebih besar daripada saya, melaksanakan misi jangka pendek, mungkin lebih banyak jiwa dapat dituntun kepada kebenaran.’
Mengetahui apa yang ada di pikiran saya, Ibu menyemangati tim misi jangka pendek dengan iman yang melimpah-limpah dan keberanian.
“Tuhan telah mempersiapkan semuanya. Kamu hanya pergi ke sana untuk menerima berkat-berkat tersebut.”
Mendengar firman-firman Ibu yang menghibur, saya merasakan energi muncul dari dalam saya dan hati saya membara.
Setelah menjalani penerbangan selama 20 jam dengan semangat dan pengharapan, kami akhirnya tiba di Panama. Cuaca di Panama panas sepanjang tahun, karena terletak dekat khatulistiwa. Panama memiliki musim panas dan musim hujan. Ketika kami pergi ke sana, musim hujan telah berakhir dan musim panas baru dimulai. Namun, masih ada kelembapan di udara. Saat udara lembab menyelimuti seluruh tubuh saya, saya benar-benar merasa bahwa saya sungguh sedang berada di Panama.
Ladang misi kami adalah sebuah kota yang disebut Arraijan, sekitar 18 ㎞ sebelah barat dari Kota Panama yang merupakan ibu kota. Sion Arraijan sangat kecil saat saya pergi ke sana dua tahun yang lalu sehingga bait akan padat hanya dengan pemimpin gereja dan tim misi masa pendek, tetapi Sion ini telah bertumbuh berkali lipat lebih besar sejak saat itu. Hal ini terasa sangat luar biasa melihat saudara dan saudari yang kami temukan selama misi masa pendek pertama menantikan kami untuk memberitakan firman bersama.
Pada hari pertama pemberitaan Injil, saya segera kaku lidah setelah saya mulai berbicara kepada penduduk setempat. Mungkin karena saya merasa takut, saya tidak dapat mengucapkan perkataan yang telah saya latih berulang kali di Korea. Walaupun situasinya mirip dengan dua tahun yang lalu, hasilnya berbeda. Saya dapat mengumpulkan keberanian saya karena pemberian semangat dari saudara dan saudari dan cukup banyak jiwa yang dengan sabar mendengarkan apa yang saya beritakan dan datang kepada Tuhan.
Saudari baru yang saya temukan pada hari itu adalah seorang wanita paruh baya yang segera menanyakan banyak pertanyaan setelah saya berbagi firman kepadanya. Karena saya tidak dapat mengerti semua pertanyaannya, saya merasa bahwa dia sedang kesulitan dalam memahami kebenaran. Namun, tidak seperti perkiraan saya, dia datang ke Sion, mengatakan bahwa dia ingin menerima janji keselamatan, dan dia dibaptis, memelihara kebaktian malam hari Sabat dan kembali ke rumah. Meskipun dia tinggal jauh dari Sion, dia mulai datang ke Sion setiap hari Sabat dan juga membagikan berkat Tuhan kepada adik perempuannya dan kepada anak-anaknya. Melihat imannya dalam Tuhan tumbuh pesat, pada saat yang sama saya merasa bersyukur dan tertegun.
Juga ada seorang saudari yang bersedia mengundang kami untuk masuk ke rumahnya, mendengarkan firman dan menjadi anak Tuhan bersama dengan kedua anak perempuannya. Dia berfokus pada firman, menganggukkan kepalanya pada setiap ayat yang dia pelajari dan dia menerima kebenaran seperti domba yang lembut tanpa keraguan. Setelah itu, dia juga menuntun suami dan ibunya ke kebenaran dan mengatakan, “Saya suka belajar Alkitab. Bolehkah Anda terus mengajarkan saya Alkitab?” Saya dapat merasakan kasihnya pada firman Tuhan dan kesungguhan hatinya untuk membagikan kebenaran kepada orang-orang di sekitarnya secepat mungkin.
Melihat semua jiwa-jiwa itu menerima kebenaran seakan-akan mereka telah menantikannya, saya dapat dengan pasti merasakan apakah “berkat-berkat yang telah Tuhan persiapkan” itu, yang telah Ibu katakan kepada kami. Sekarang saya dapat sungguh merasakan bahwa Tuhan memberkati kita di mana pun kita pergi dan mengizinkan kita untuk mencapai tujuan-tujuan kita, saya merasa malu pada hari-hari di masa lalu saat saya merasa takut, hanya memikirkan kemampuan saya.
Selama menginjil dengan semangat bersama saudara dan saudari, misi jangka pendek kami berakhir tanpa kami sadari. Suhu panas melebihi 40℃ dan perbedaan waktu 14 jam dari Korea membuat saya merasa letih. Walaupun demikian, berkat penyadaran berharga dan karunia yang tidak pantas saya terima, saya dapat memberitakan Injil dengan sukacita tanpa memaksakan diri sendiri atau merasa takut.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada saudara dan saudari setempat sekali lagi atas pemberian semangat mereka yang begitu besar. Saudara dan saudari tinggal bersama kami di Arraijan selama sebulan penuh dan bekerja bersama kami dengan penuh semangat dan tenaga meskipun mereka mempunyai jadwal yang padat. Pasti terdapat sangat banyak ketidaknyamanan selama tinggal bersama kami yang mana bahkan mereka tidak dapat berkomunikasi dengan baik dikarenakan bahasa Spanyol kami yang buruk. Namun, mereka wajah mereka terus tersenyum dan mengurus kami dengan baik. Saya sangat tersentuh oleh saudara dan saudari yang menuntun banyak jiwa-jiwa ke jalan keselamatan dengan mengabdikan diri mereka dengan sukacita untuk penginjilan meskipun situasi mereka yang sulit.
Penginjilan luar negeri terlihat terlalu sulit bagi saya ketika saya bergantung pada kemampuan saya. Itulah karena saya takut akan sifat saya yang keras, yang sering muncul bahkan ketika di Korea di mana kondisi penginjilan sangat bagus, jadi sifat itu akan lebih mudah keluar di negara asing dengan budaya dan bahasa yang berbeda. Saya khawatir bahwa saya akan menjadi beban bagi saudara dan saudari setempat karena iman saya yang lemah, bahasa Spanyol saya yang buruk, dan kekuatan fisik saya yang kurang. Itulah kenapa saya hanya mendaftar untuk misi jangka pendek dan bahkan tidak dapat membayangkan mendaftar untuk misi jangka panjang.
Perjalanan penginjilan kedua di Panama memberikan saya kesempatan untuk merasakan dengan kuat bahwa Tuhanlah yang memimpin penginjilan dan bahwa penginjilan adalah cara untuk kita berjalan pada jalan berkat yang telah Tuhan persiapkan bagi kita. Ketika saya membuat resolusi untuk memberitakan Injil dengan bersandar pada Tuhan mulai dari sekarang, saya merasakan keberanian muncul dari dalam diri saya untuk memberitakan Injil dengan berani ke mana pun saya pergi.
Kabarnya, Terusan Panama bukanlah jalur air yang dibangun dengan penggalian yang melewati gunung. Seperti sebuah lift, ketika sebuah kapal tiba di pelabuhan, kapal itu dinaikkan atau diturunkan dengan mengisi air atau menguras air; inilah cara kapal dapat melewati pegunungan yang besar. Kapal besar perlu menyeberangi pegunungan besar bersama jalur air yang dipenuhi air di pelabuhan agar sampai di samudera yang baru. Saya juga akan menyeberangi tembok ketakutan dengan keberanian dan keyakinan yang Tuhan isikan di dalam saya melalui perjalanan misi saya ke Panama dan pergi menuju samudera berkat yang luas. Saya dapat melihat ombak-ombak nubuat yang telah Tuhan persiapkan.