Dua Kewarganegaraan yang Dimiliki oleh Paulus

143,275 views

Kewarganegaraan adalah hak untuk menjadi bagian dari suatu negara tertentu. Anda dapat menggunakan hak dasar seperti hak untuk mempunyai barang pribadi dan hak-hak politik seperti ikut serta dalam pemungutan suara untuk memilih para kandidat di jabatan publik, seperti presiden dan anggota-anggota kongres, dan diangkat sebagai pegawai pemerintah. Jika Anda mempunyai kewarganegaraan dari suatu negara, Anda dapat menikmati semua hak yang telah disebutkan.

Kerajaan Romawi telah menguasai bangsa Israel 2.000 tahun yang lalu ketika para rasul memberitakan Injil. Seseorang dengan kewarganegaraan Roma memiliki status sosial yang tinggi dan menerima berbagai hak istimewa dari Roma seperti hak untuk memilih, hak untuk menuntut di pengadilan, dan hak untuk mengajukan banding ke pengadilan tertinggi Roma yang dipegang oleh kaisar. Mereka dapat menghindari hukuman-hukuman tertentu seperti pencambukan dan penyaliban, serta mereka tidak menerima hukuman mati selama mereka tidak melakukan pengkhianatan.

Rasul Paulus lahir di Tarsus di tanah Kilikia yang terletak di selatan Turki pada zaman modern (Kis 22:3). Beberapa ahli Alkitab menjelaskan bagaimana Paulus yang adalah seorang Yahudi memperoleh kewarganegaraan Roma sejak kelahirannya: Orang-orang di sana diterima sebagai warga negara Roma karena Tarsus dari Kilikia bergabung dengan Roma, dan nenek moyang Paulus yang memiliki status sosial yang tinggi juga telah menerima kewarganegaraan. Rasul Paulus menggunakan hak sebagai warga negara Roma sambil memberitakan Injil.

… kepala pasukan… menyuruh memeriksa dan menyesah dia,… Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: “Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?” Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: “Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum.” Kis 22:24-26

Sesahan telah dijatuhkan atas Paulus yang telah menerima Yesus Kristus di perjalanannya ke Damaskus dan memberitakan Tuhan yang telah datang sebagai manusia. Lalu, Paulus memberitahu mereka bahwa dia adalah seorang warga negara Rum dan berkata, “Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?” Perwira yang akan menyesah Paulus, merasa terkejut dan melaporkannya kepada kepala pasukan mengenai Paulus yang adalah seorang berkewarganegaraan Rum. Bagian yang menarik adalah bahwa kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.

Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: “Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?” Jawab Paulus: “Benar.” Lalu kata kepala pasukan itu: “Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal.” Jawab Paulus: “Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku.” Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum. Kis 22:27-29

Kewarganegaraan Rum yang telah diperoleh oleh Paulus merupakan sebuah keistimewaan dan simbol status yang hebat pada saat itu. Bahkan hukum seperti “merantai warga negara Rum adalah sebuah kejahatan, menyesah seorang warga negara Rum adalah tindakan kejahatan, dan mengeksekusinya sama dengan pembunuhan” telah disahkan.

Orang-orang mengetahui nilai kewarganegaraan dengan baik. Mereka percaya bahwa kehidupan mereka akan menjadi lebih mudah jika mereka dapat memperoleh kewarganegaraan Rum. Rasul Paulus mengajari mereka tentang nilai keselamatan melalui kewarganegaraan yang adalah perhatian mereka pada saat itu.

“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat…” Flp 3:20

Bagaimana rasanya memiliki kewarganegaraan sorgawi? Sebagai seorang warga sorgawi, rasul Paulus telah memberitakan Injil Yesus Kristus dan berjalan dalam iman tanpa keraguan meskipun mengalami kesulitan. Dia menganggap semua halangan yang menghalangi pekerjaan Injil sebagai sampah, bahkan termasuk kewarganegaraan Rum. Hal tersebut membantu kita menghargai nilai kewarganegaraan sorgawi.

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia… Flp 3:8-9

Injil yang telah ditegaskan oleh rasul Paulus sebagai warga negara sorgawi adalah Paskah Perjanjian Baru (1 Kor 11:23-26). Itu juga merupakan kejadian yang paling istimewa di antara pelayanan Injil Yesus selama tiga tahun. Itu karena melalui roti dan anggur Paskah yang melambangkan daging dan darah Yesus, kita dapat menjadi anak-anak Tuhan dan memperoleh kewarganegaraan sorgawi yang memberikan kita pengampunan dosa dan hidup yang kekal (Yoh 6:53-56; Mat 26:17-28).

Tidak hanya rasul Paulus saja. Petrus, Yohanes, Lukas dan banyak lainnya memberitakan Injil mengenai Yesus—Tuhan yang telah datang sebagai manusia untuk memberikan umat-Nya kewarganegaraan sorgawi; dan mereka memelihara Hari Raya Paskah Perjanjian Baru, sambil menuruti firman Yesus. Mereka sekarang berada di sorga, menikmati segala kehormatan dan hak istimewa yang tidak dapat dibandingkan dengan kewarganegaraan Romawi. Kita juga mempunyai kesempatan untuk menikmati berkat yang sama jika kita menyadari nilai dari kewarganegaraan sorgawi dan berjuang untuk mematuhi firman Tuhan.