Memegang Mahkota Kehidupanku

Shange Valombweleni Nawa dari Windhoek, Namibia

13,996 views

Hari itu adalah hari yang sangat spesial bagiku meskipun pastinya terlihat seperti hari biasa bagi orang lain. Beberapa anggota dari Gereja Tuhan di Windhoek memberitahukanku tentang keberadaan Tuhan Ibu dan betapa pentingnya hal itu untuk dapat menerima janji keselamatan. Aku sangat terkejut, dan ingin belajar lebih tentang Alkitab, tetapi ibuku telah mengajarkanku bahwa aku harus berhati-hati terhadap orang lain; jadi, aku memutuskan untuk menunda belajar Alkitab sampai hari aku membuat keputusan itu dengan hati-hati.

Siang hari itu juga, aku pulang ke rumah dan menandai ayat yang telah diajarkan kepadaku, aku tidak ingin melupakannya bahkan walaupun hanya satu poin. Pada sisi lain, aku berpikir, “Aku telah menghadiri sebuah gereja. Perlukah aku bertemu dengan mereka lagi?” Namun, firman Tuhan yang telah aku pelajari pada hari itu terukir sangat dalam pada hatiku. Hari berikutnya, aku pergi ke sekolah dengan terburu-buru karena ada janji. Kami belajar lagi tentang firman Tuhan selama beberapa jam karena aku memiliki beberapa pertanyaan. Segera, aku menerima berkat untuk dilahirkan lagi dalam kehidupan yang baru.

Setelah itu, aku mulai belajar Alkitab dengan para anggota di kampus dan di Sion. Firman-firman yang telah aku pelajari di gereja setiap hari sangatlah luar biasa. Nubuat-nubuat Alkitab dan penggenapannya membuat aku merasa seolah-olah aku belum pernah mempelajari Alkitab sebelumnya; Alkitab penuh dengan bukti-bukti yang tidak bisa aku tolak, dan Tuhan benar-benar ada.

Setelah menyadari Bapa dan Ibu Sorgawi, aku memiliki satu keinginan. Aku ingin membalas Tuhan atas rahmat Mereka dengan berbagi berkat keselamatan kepada orang lain yang belum datang pada kebenaran.

Suatu hari aku memutuskan untuk memberitahukan kepada keluargaku bahwa aku mulai pergi ke Gereja Tuhan yang percaya Tuhan Bapa dan Tuhan Ibu. Tetapi pamanku salah paham terhadap Gereja Tuhan dan sangat menentang aku untuk pergi ke Sion. Satu-satunya hal yang dapat aku lakukan hanyalah berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan agar aku dapat terus berjalan di jalan yang benar dan dapat belajar kebenaran Alkitab secara tetap. Lalu, aku menemukan satu ayat dalam Alkitab.

“Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.” Why 3:11

Tuhan selalu menjawab doaku dan menghiburku kapan pun aku menemui kesulitan.

Selama memelihara kebaktian sendirian, aku baru menyadari nilai dari senyuman cerah saudara saudari dan Sion, dan aku juga menyadari perasaan dari Bapa dan Ibu Sorgawi yang sebelumnya tidak kusadari. Kasih dan pengorbanan dari Bapa dan Ibu membangunkan jiwaku, dan memberikanku kekuatan besar untuk Injil. Hari-hari ini juga, ketika aku membaca suatu ayat, air mata menetes dari mataku.

Selama mengikuti perintah Tuhan dengan setia, aku menetapkan satu tujuan untuk penginjilan. Tujuan itu adalah pergi ke tempat di mana Injil belum diberitakan dan mengantarkan kabar keselamatan di sana. Untuk memastikan bahwa aku tidak kehilangan berkat besar ini, aku memberitakan Injil kepada siapa pun yang ku temui di kampus.

Suatu hari, ketika aku membuka lokerku di kampus untuk mengambil jaket laboratorium milikku, aku melihat seorang mahasiswa duduk sendirian. Meskipun aku ingin bertanya kepadanya apakah ia pernah mendengar tentang Ibu Sorgawi, aku mulai berjalan secepatnya ke arah laboratorium dengan berpikir “Sudah terlambat dan ia mungkin tidak akan mengerti tentang itu.” Dalam perjalananku menuju ke laboratorium, aku dapat mendengarkan suara Bapa dan Ibu yang membuat aku berpikir, “Bagaimana jika ia adalah saudariku?” Aku berbalik dan pergi kepadanya dan memberitakan tentang Ibu Sorgawi dan hari Sabat. Walaupun waktunya sudah tiba dan aku harus pergi, ia terus bertanya kepadaku untuk menunjukkannya satu ayat lagi karena terkesan oleh firman kebenaran. Pada hari Sabat berikutnya, ia datang ke Sion, memahami kebenaran, dan memulai hidup yang baru sebagai anak Tuhan.

Selama memberitakan Injil, aku menyadari dengan dalam bahwa Tuhan Elohim adalah Sang Pencipta dan Mereka selalu bersamaku sepanjang waktu. Setelah menyadari betapa besarnya kasih sayang Tuhan kepadaku yang adalah seorang pendosa dan betapa besarnya Mereka mengasihiku, aku mulai berubah sedikit demi sedikit. Oleh karena aku bertobat dari dosa-dosaku melalui firman Bapa dan mempraktikkan pengajaran-pengajaran Ibu satu demi satu, aku dapat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan burukku.

Dan Tuhan memberikanku hikmat, berkat yang berlimpah-limpah, dan iman agar dapat memelihara semua tujuh hari raya dalam tiga bagian dengan mulia, termasuk hari Sabat di Sion. Sulit bagi mahasiswa tahun pertama untuk tinggal di asrama dan mahasiswa tidak dapat masuk asrama di pertengahan tahun, tetapi Bapa dan Ibu mengizinkanku untuk tinggal di asrama. Aku sungguh bersyukur dan memuji-muji Bapa dan Ibu karena telah menjawab doa-doaku dan mengizinkanku untuk bertahan hingga detik ini.

Saya benar-benar bersyukur kepada Tuhan karena mengizinkan saya untuk menyadari Injil, yang bahkan ingin diketahui oleh para malaikat di sorga, dan karena telah mempercayakan saya dengan misi penginjilan kepada orang-orang. Tidak peduli seberapa sulitnya, saya akan mengikuti Tuhan dengan iman yang teguh dan mengabdikan diri untuk misi suci. Saya percaya itu adalah cara untuk berpegang teguh pada mahkota kehidupan.