
Saya telah memberitakan Injil kepada keluarga dan teman-teman saya selama bertahun-tahun, namun mereka tidak menanggapinya. Karena saya sudah lama tidak menghasilkan buah, meskipun sebagai orang pemuda bagaikan embun fajar seperti yang dinubuatkan dalam Alkitab, saya khawatir saya akan menjadi seperti pohon musim gugur yang tidak berbuah. Lalu suatu hari, saya menyadari apa yang peling penting dalam menyelamatkan jiwa.
Ketika festival penginjilan sedang berlangsung, saya bertemu dengan seorang wanita yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya. Saudari yang bersama saya dan saya menyapa dia, dan ketika kami bertanya apakah dia punya waktu untuk mendengarkan tugas injil kami melalui Alkitab, dia langsung menjawab ya. Setelah mendengarkan injil kami, dia mengatakan sesuatu yang membuat hati saya berdebar gembira.
“Pasti ada Ibu Sorgawi.”
Tempat kerjanya tidak terlalu jauh dari gereja kita sehingga kami dapat sering bertemu satu sama lain dalam perjalanan ke gereja dan saat pulang ke rumah dan kami menjadi lebih dekat satu sama lain. Awalnya, saya tidak tahu harus bicara apa, karena perbedaan usia kami yang sangat jauh. Namun seiring berjalannya waktu, saya merasa nyaman bersamanya; dia seperti saudara perempuan atau ibuku. Dia biasa belajar kebenaran setelah pulang kerja. Setiap kali saya belajar Alkitab dengannya, saya sungguh-sungguh berharap dia akan menyadari kebenaran dan menjadi anak Tuhan.
Akhirnya, dia datang ke gereja kita; ketika dia mengunjungi Sion untuk pertama kalinya, dia mempelajari Alkitab dengan cermat, namun dia ragu-ragu untuk menerima hidup baru. Karena tanggapannya positif ketika kami pertama kali bertemu dan setiap kali kami belajar Alkitab bersama, saya merasa sangat sedih karenanya. Banyak hal yang terlintas dalam pikiranku, namun saya menenangkan diri, berpikir, ‘Saya tidak boleh menyerah pada jiwanya. Jika saya terus berdoa kepada Tuhan, pada akhirnya Tuhan akan membantunya untuk menerima kebenaran.’
Beberapa bulan kemudian, saya mendengar kabar gembira ketika sedang bekerja: Dia akhirnya menjadi anak Tuhan. Ternyata ibu-ibu yang ada di Sion terus-menerus menuntunnya. Berkat bantuan dan perhatian mereka, dia mengunjungi Sion untuk belajar Alkitab dan juga melihat Pameran “Hati Sejati Bapa” yang ada di dekatnya. Kekuatan persatuan sangat membantunya untuk membuka pikiran dan menerima kebenaran. Dia memelihara hari Sabat, Paskah, dan semua hari raya lainnya, meskipun jadwalnya sibuk.
Melihat para anggota berdoa bersama dan melakukan segala upaya untuknya, saya mengingat kembali diri saya sendiri. Saya telah melayani sebagai guru kelompok siswa di Sion. Membimbing anggota siswa sesuai dengan kehendak Tuhan ternyata lebih sulit dari yang saya kira. Tanpa hasil Injil apa pun untuk waktu yang lama, saya menjadi lelah sedikit demi sedikit, dan saya tidak mampu memperhatikan atau mengurus anggota lainnya.
Namun, mereka berbeda. Terlepas dari jadwal mereka yang sibuk dan keadaan sulit mereka, mereka bersatu satu sama lain dan dengan rela mengabdikan waktu dan upaya mereka untuk menyelamatkan satu jiwa, sama seperti Bapa dan Ibu Sorgawi tidak menyia-nyiakan apa pun dan dengan rela mengorbankan diri mereka sendiri untuk menyelamatkan anak-anak Mereka.
Memberitakan Injil adalah misi yang dipercayakan kepada seluruh anggota keluarga sorgawi, anak-anak Bapa dan Ibu. Ini juga merupakan perjalanan yang tidak boleh kita tinggalkan. Mulai sekarang, saya akan memberitakan Injil dengan tekun dan memberikan yang terbaik pada tugas apa pun yang diberikan kepada saya, menjaga dan membantu anggota di sekitar saya. Semua upaya ini pada akhirnya membantu menyelamatkan satu jiwa. Saya yakin Tuhan akan membukakan pintu hati setiap orang, apalagi kepada anggota keluargaku yang telah mendampingiku sepanjang hidupku, jika saya memiliki kesabaran yang pantang menyerah dan hati yang penuh kasih sayang seperti Tuhan yang yakin bahwa saya mampu melakukan itu karena Tuhan bersamaku.