Menyelamatkan Jiwa dengan Hati yang Paling Tulus

Jepang

152 Jumlah tampilan

#1 Oh Seung-gwon dari Osaka, Jepang

Sekarang ini, tidaklah mudah untuk memberitakan Injil sesuka hati seperti dahulu dikarenakan pandemi virus corona. Namun, sebuah festival penginjilan bertema “Mari Menghasilkan Buah Baik” diadakan di Jepang untuk menaati firman Ibu, “Tunjukkanlah lebih banyak kasih dan perhatian kepada keluarga dan teman di masa-masa sulit ini.” Selama festival ini, terdapat seorang saudari yang dituntun kepada Tuhan.

Semasa kecil, dia beserta kedua orang tua dan kakak perempuannya menghadiri sebuah organisasi keagamaan Jepang. Namun, dia tidak menemukan apa pun selain kontradiksi di dalam doktrin pendidikan yang terpaksa harus dia terima di luar keinginannya. Setelah dewasa, dia dan kakak perempuannya membuat sebuah kesimpulan bahwa di sana tidak terdapat kebenaran dan berhenti pergi ke sana setelah merasa kecewa dengan korupsi yang dilakukan para anggota dan gaya mereka yang cenderung menindas. Setelah itu, dia mengembara ke sana kemari untuk mencari kebenaran, tetapi dia malah perlahan-lahan menjauh dari agama di tengah kehidupannya yang sibuk. Meskipun demikian, dia tidak pernah berhenti berpikir bahwa pasti ada Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta.

Tuhan Sang Pencipta kita mengulurkan tangan keselamatan-Nya kepada saudari ini. Hal itu terjadi melalui rekan kerjanya, seorang anggota keluarga Sion yang melakukan segala upaya untuk menuntun satu jiwa kepada keselamatan melalui festival penginjilan ini. Setelah mendengarkan firman Alkitab melalui rekan kerjanya, saudari tersebut menunjukkan ketertarikan yang besar dan datang ke gereja. Setelah mempelajari kebenaran secara mendalam, dia bertepuk tangan sambil berkata,

“Ini adalah kebenaran yang sesungguhnya!”

Dia dibaptis dan meneteskan air mata. Kemudian, dia segera menghubungi kakak perempuannya dan mengungkapkan kegembiraannya sambil berkata, “Saya menemukan kebenaran hari ini!” Setelah mendengarkan kabar tersebut, kakak perempuannya juga mengunjungi Sion bersama adiknya, mempelajari Alkitab, dan dilahirkan kembali sebagai anak Tuhan.

Adik perempuan tersebut juga telah menuntun anak perempuannya yang sulung, dan putri bungsu dari adik perempuan tersebut yang dulu sering berkata, “Ibu, saya dulunya seorang malaikat. Tuhan memberikan saya kasih yang khusus.” Selain itu, dia telah mengantarkan kabar keselamatan kepada temannya yang tinggal jauh darinya. Setelah mendengarkan firman Alkitab secara singkat melalui telepon, temannya berkata, “Sekarang saya telah mendengarkan firman-firman ini, saya tidak dapat berdiam diri. Saya akan pergi ke sana.” Maka, dia pun menempuh perjalanan sejauh 620 ㎞ dengan kereta ekspres dan menerima kebenaran.

Pekerjaan keselamatan yang direncanakan oleh Tuhan telah terlaksana tanpa gagal bahkan dalam situasi di mana banyak hal telah berubah dikarenakan pandemi dan di mana sulit untuk bertemu orang secara langsung. Lebih dari empat puluh saudara dan saudari di Osaka telah dilahirkan kembali ke dalam hidup yang baru sejak pandemi virus corona diumumkan pada bulan April tahun lalu. Pasti masih banyak jiwa-jiwa yang sangat menantikan keselamatan. Kami akan menyerukan Injil tanpa henti dengan mengikuti teladan Bapa dan Ibu yang hingga saat ini masih bekerja untuk menyelamatkan setiap jiwa.

#2 Nakano Misako dari Kyoto, Jepang

Saya senang dapat membagikan harum Sion dari Kyoto melalui festival penginjilan ini.

Saya memberitakan Injil kepada rekan-rekan kerja saya beberapa kali. Namun, banyak dari mereka memiliki prasangka buruk tentang agama dan cukup banyak dari mereka tidak tertarik pada Alkitab ataupun Tuhan. Beberapa dari rekan kerja bahkan mengabaikan saya ataupun mengungkapkan perasaan tidak nyaman mereka tentang Injil yang saya beritakan karena mereka memiliki perasaan negatif terhadap agama Kristen. Karena orang-orang mulai menghindari percakapan dengan siapa saja di tengah pandemi virus corona ini, memberitakan Injil keselamatan terasa semakin sulit.

Namun, festival penginjilan dimulai pada waktu itu dan ini menjadi sebuah kesempatan untuk membalikkan keadaan. Setelah menerima pesan Ibu bahwa “kita tidak boleh berhenti melaksanakan misi kita untuk menyelamatkan jiwa sampai kita memasuki Kerajaan Sorga,” saya memperoleh kekuatan baru dan mulai mencari orang yang dapat saya beritakan Injil dan mengingatkan diri sendiri akan pola pikir yang saya miliki di awal, yaitu memberitakan Injil dengan segenap hati saya sambil menganggap setiap jiwa berharga. Namun, saya membutuhkan lebih banyak keberanian untuk memberitakan Injil lagi karena semua kegagalan dan rasa frustrasi di masa lalu menghampiri saya. Dengan lebih banyak bersandar kepada Tuhan yang selalu membantu kita dan meminta iman serta keberanian kepada Tuhan melalui doa, saya memberitakan kebenaran kepada orang-orang di sekitar saya satu per satu.

Banyak orang terkejut karena mereka belum pernah mendengarkan firman Tuhan dan perjalanan menghasilkan buah Injil yang baik masih terasa jauh. Namun, ketika saya terus mencoba tanpa menyerah, Tuhan mengizinkan saya untuk bertemu dengan jiwa yang lebih indah dari permata yang berharga. Orang yang menerima berkat tersebut merupakan seorang karyawan yang bekerja di gedung perusahaan saya.

Awalnya, kami hanya saling menyapa, tetapi kemudian saya meminta dia untuk mendengarkan kebenaran dan dia menyetujuinya. Saya menginjil kepadanya kapan pun saya memiliki waktu luang saat bekerja. Dia mendengarkan saya dengan saksama tanpa memedulikan kemampuan saya yang kurang dan dia menerima bahwa Alkitab itu benar dan Tuhan Ibu itu ada. Saya tidak akan pernah dapat menjelaskan kegembiraan yang saya rasakan ketika dia mengatakan bahwa dia ingin terus mendengarkan kebenaran yang saya beritakan.

Suatu hari, dia membuka hatinya dan menceritakan kepada saya segala masa-masa sulit yang telah dia lalui. Saudari tersebut telah menjalani kehidupan yang sulit bahkan sejak masa kecilnya. Setelah menceritakan kisahnya kepada saya, dia berkata sambil menangis, “Setelah menceritakan kisah saya kepada Anda, saya merasa sangat bahagia. Saya merasa seperti saya telah diselamatkan,” maka saya berkata, “Hanya Tuhanlah yang dapat menghibur hati kita yang terluka.” Dia memberi tahu saya tanpa ragu bahwa dia ingin menjadi anak Tuhan. Kemudian, dia datang ke Sion sebelum kebaktian hari Ketiga dimulai, menerima janji keselamatan, dan juga memelihara kebaktian dengan saleh.

Saya sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan Elohim yang telah menuntun jiwanya ke Sion. Saya tahu bahwa misi saya yang diberikan Tuhan adalah dengan rajin mencari jiwa yang ingin dihibur dalam Tuhan dan yang menantikan sorga seperti saudari tersebut. Saya akan menyerukan Injil tanpa menyerah sampai nubuat Tuhan, “Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat” (Yes 60:22) digenapi di seluruh Jepang.

Saya berdoa agar harapan dan berkat akan melimpah di seluruh Jepang dan seluruh dunia, dan agar semua umat manusia akan mendengarkan kabar keselamatan serta menerima kedamaian secara jasmani dan rohani di tahun baru ini.