Ucapkanlah, “Saya Meminta Maaf,” Sebelum Matahari Terbenam

Kim Du-ri dari Manchester, Inggris

14,326 views

Ketika musim dingin berlalu dan musim semi akan dimulai, lockdown diberlakukan di setiap kota di Inggris. Ini adalah tindakan yang diambil untuk mencegah penyebaran virus karena jumlah kasus yang terkonfirmasi dan kasus kematian meningkat setiap harinya akibat pandemi global COVID-19. Karena saya mulai bekerja dari rumah, saya dapat memiliki lebih banyak waktu untuk bersama keluarga saya.

Hal ini sungguh baik pada awalnya. Namun, seiring waktu berlalu, saya mulai lebih sering berselisih dengan suami saya. Karena kami telah merasa lebih nyaman dengan satu sama lain, kami kurang hati-hati berbicara, yang akhirnya menyakiti perasaan satu sama lain. Suatu hari, kami sedikit mengeraskan suara kami selama bertengkar hanya karena suatu yang sepele. Sementara berusaha untuk mengabaikan suasana hati yang tidak nyaman di dalam rumah, saya pergi melihat keluar jendela, berpikir, ‘Saya benar dan ia salah.’ Lalu saya melihat matahari akan terbenam. Pada saat itu, saya teringat firman Ibu yang saya dengar baru-baru ini di video khotbah, dan saya merasa bersalah.

“Jangan biarkan matahari terbenam selama kamu masih marah. Berusahalah meminta maaf sebelum matahari terbenam. Berusaha mengatakan maaf meskipun itu bukanlah kesalahan kamu. Jika kamu ditanya mengapa kamu meminta maaf meskipun itu bukanlah kesalahan kamu, katakanlah, ‘Saya hanya meminta maaf.’ ”

Inilah momen terbaik untuk mempraktikkan firman itu, tetapi harga diri saya masih berkata bahwa “saya benar” dan “ini bukanlah kesalahan saya.” Sambil menekan harga diri saya dengan firman Ibu, saya lebih dulu menghampiri suami saya. Saya menunggu di dekatnya, sambil berusaha untuk menemukan momen yang tepat untuk meminta maaf kepadanya, tetapi saya ragu-ragu dan merasa canggung. Sementara saya ragu-ragu, matahari terus terbenam di barat. Matahari terlihat terbenam lebih cepat daripada biasanya, dan saya merasa gelisah. Sebelum matahari terbenam sepenuhnya, saya dapat membuka mulut saya dan berkata,

“… maafkan saya.”

Setelah saya meminta maaf, selanjutnya menjadi sangat mudah untuk mengatakan semua yang saya ingin katakan. Suami saya juga meminta maaf, mengatakan bahwa dialah yang seharusnya meminta maaf. Anak kami yang melihat kami bertanya kepada kami,

“Mengapa kalian saling meminta maaf tiba-tiba?”

“Ya, ketika kamu berbuat kesalahan, kamu harus meminta maaf sebelum matahari terbenam.”

Sejak itu, anak saya mengatakan kepada kami untuk meminta maaf setiap kali matahari akan terbenam.

Saat mempraktikkan firman Ibu, saya menyadari mengapa Ibu berkata bahwa kita harus meminta maaf sebelum matahari terbenam. Ketika saya menyingkirkan harga diri saya, merendahkan diri, dan terlebih dahulu meminta maaf, hati kami yang keras mencair seperti salju, dan cinta kami untuk satu sama lain menjadi lebih kuat dan mengikat kami menjadi satu.

Selama melakukan menginjilan, kita terkadang menyakiti perasaan saudara dan saudari tanpa disadari atau merasa tersakiti. Tetapi kita tidak dapat masuk sorga jika hati kita dipenuhi dengan kebencian dan keluhan. Saya percaya bahwa jalan untuk mencegah situasi yang tidak diinginkan seperti itu adalah dengan meminta maaf dengan hati yang tulus sebelum matahari terbenam. Sebelum matahari terbenam, selama kita masih memiliki kesempatan, saya akan menyingkirkan hati saya yang keras dan harga diri saya serta terlebih dahulu mendekati saudara dan saudari sehingga kita dapat menjadi satu dalam kasih; karena kesempatan untuk bertobat akan hilang saat matahari penginjilan terbenam jika saya masih ragu-ragu.