Iman Berasal dari Mendengarkan Firman

Han Chan-hyeon dari Busan, Korea

14,184 views

“Apakah Anda menghadiri gereja akhir-akhir ini?”

“Apakah Anda seorang pendeta?”

Inilah yang sering dikatakan oleh kenalan saya akhir-akhir ini. Ketika saya mendengar mereka berkata demikian, saya merasa lega, sambil berpikir, “Sekarang, saya telah berada di jalan yang benar,” karena itu berarti bahwa penampilan, perkataan, dan perbuatan saya berbeda dari sebelumnya.

Sembilan belas tahun yang lalu saya mengikuti istri saya untuk menerima kebenaran. Pada awalnya, saya tidak tahu apa-apa tentang gereja, tetapi saat saya menghadiri perkumpulan olahraga dan melakukan berbagai pelayanan bersama dengan anggota gereja, saya menjadi tertarik terhadap gereja dan mengikuti semua ibadah. Meskipun demikian, kehidupan saya sehari-hari jauh dari kehidupan orang kristen. Sejak saya meninggalkan perusahaan saya dan memulai bisnis saya sendiri, saya selalu sibuk, dan pikiran saya didorong oleh ketidaktahuan tentang apa yang akan terjadi. Sebagai hasilnya, secara perlahan saya mengabaikan pekerjaan Tuhan, dan bahkan perasaan bersalah yang saya miliki pada awalnya telah menjadi tumpul.

Lalu pada saat-saat tertentu, saya merasa tersesat dan hampa di dalam hidup saya. Ketika bisnis saya stabil sampai masa tertentu dan mampu bekerja dengan baik pada proyek yang besar, saya merasakan sebuah pencapaian melalui cara saya sendiri, tetapi itu hanya sementara. Saya merasa seperti kehilangan sesuatu, tetapi sebenarnya saya memang sungguh kehilangan sesuatu. Saya sangat diberkati untuk menjadi anak Tuhan, tetapi saya melepaskan upah di Sorga dengan hanya melihat hal jasmani.

Ketika saya berpikir bahwa saya harus berubah, istri saya menganjurkan saya untuk mendengarkan khotbah saat mengemudi. Karena saya melakukan bisnis untuk perusahaan di seluruh negeri, saya mengemudi dalam waktu yang panjang. Ketika ada banyak perjalanan bisnis, saya mengemudi sekitar dua belas jam per hari. Khotbah yang saya dengarkan tanpa tahu apa pun pada awalnya menjadi layaknya pendamping dalam perjalanan bisnis yang bahkan saya dengarkan sampai delapan khotbah sepanjang hari. Semakin saya mendengarkan firman Tuhan, semakin itu menyentuh hati saya.

Khususnya, ayat yang berkata, “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!” (Why 3:15), seperti mencubit iman saya yang suam-suam kuku. Saya menyadari mengapa Salomo, yang telah mengalami semua hal yang baik di dunia, berkata bahwa, “Takut akan Tuhan adalah kewajiban setiap orang” (Pkh 12:13). Dari saat itu, saya memutuskan untuk menjalani kehidupan agama yang sesungguhnya, dan ketika saya pergi untuk perjalanan bisnis bersama karyawan saya, saya meminta pengertian mereka dan memutar khotbah.

Firman Tuhan tidak hanya membangunkan jiwa saya. Seorang karyawan yang kerap bepergian bersama saya adalah seorang yang tidak tertarik kepada Tuhan ataupun agama, tetapi ketika dia mendengarkan khotbah, dia mulai bertanya kepada saya tentang Alkitab. Tidak lama kemudian, dia datang ke Sion dan menerima kebenaran.

Betapa mengagumkannya! Hati saya berdebar-debar seolah-olah saya memiliki seluruh dunia. Setelah merasakan upah yang benar-benar berbeda dari kepuasan yang saya dapatkan dari bisnis, keinginan untuk membagikan firman Tuhan pun muncul.

Pertama-tama, saya memutuskan untuk menuntun para karyawan saya ke pelukan Tuhan. Saya berpikir bagaimana saya dapat menuntun siapa pun kepada Tuhan jika saya tidak menginjil kepada para karyawan yang ada bersama dengan saya. Saya berhati-hati karena masing-masing dari mereka memiliki kecenderungan agama yang berbeda, dan karena mereka mungkin dapat merasa seperti saya sedang memaksa mereka. Namun, saya tidak dapat tinggal diam untuk jiwa mereka, jadi saya dengan tulus berkata, “Saya berharap Anda akan diberkati oleh Tuhan karena Anda banyak berkendara dan sering merasa cemas tentang bekerja di lapangan”. Hari raya musim gugur akhirnya datang. Setelah berdoa dengan sungguh-sungguh untuk para karyawan agar diberkati dengan Roh Kudus Tuhan, saya memberitakan Alkitab kepada masing-masing dari mereka.

Di dalam hati mereka yang tidak beragama, iman kepada Tuhan ditanam dan hidup baru dilahirkan. Walaupun mereka lambat untuk menyadari kebenaran, mereka membawa kenalan dan sebaliknya menenangkan saya dengan berkata, “Saya masih harus belajar lebih banyak. Setidaknya dua kali dalam sebulan, saya akan pergi ke gereja dan belajar, jadi mohon ajarilah saya.” Seorang karyawan yang meninggalkan Sion setelah hidup di dalam iman dalam jangka waktu yang pendek membuat batasan, dengan berkata, “Saya tidak ingin berbicara tentang iman,” dan hal itu menyakiti saya. Namun, karyawan lain yang baru saja menerima kebenaran menjaga dirinya setiap saat mereka pergi untuk perjalanan bisnis, serta mengajarkan dia Alkitab sebagai ganti saya, sambil menanyakan saya tentang kebenaran yang tidak ia ketahui. Sebagai hasilnya, karyawan tersebut dapat melanjutkan imannya lagi.

Akhirnya, semua karyawan saya telah diberkati untuk menjadi anak Tuhan. Sekarang, saya merasa seperti di dalam mimpi. Ketika saya pergi kerja, saya berdoa bersama para karyawan saya kepada Tuhan sebelum mulai bekerja. Terasa seperti diwujudkannya “perusahaan keluarga” yang biasa diinginkan oleh orang-orang. Dikarenakan mereka semua adalah saudara-saudari saya secara rohani, mereka tidak berhubungan seperti untuk bisnis di mana perintah untuk bekerja dan laporan datang dan pergi, jadi mereka saling melihat situasi satu sama lain, saling menenangkan, dan saling mendoakan. Saya juga berusaha untuk menjadi dekat seperti seorang saudara atau seperti seorang ayah yang baik kepada saudara dan saudari yang juga adalah karyawan saya.

Baru-baru ini, kami membaca Pengajaran Ibu lebih dari sekali dalam sehari. Saya percaya kita dapat hidup di dunia bahkan tanpa hukum jika kita mengikuti Pengajaran Ibu. Memberi kasih, pengorbanan, kerendahan hati, kesabaran, kepedulian, mengalah… jawaban untuk menyelesaikan semua masalah di dunia ada di dalam Pengajaran Ibu. Di masa lalu, saya pikir hal itu akan menjadi kerugian jika saya hidup seperti demikian. Ternyata saya salah. Mempraktikkan Pengajaran Ibu, saya dapat melihat tumbuhnya kepercayaan, tawa yang lebih sering, dan hilangnya pertengkaran.

Senang melihat para karyawan mampu bekerja tanpa beban di tempat kerja, dan saya merasa lebih aman dengan para karyawan yang saling memahami. Sebagai pemilik bisnis, yang bertanggung jawab untuk penghidupan keluarga saya dan semua karyawan juga, saya terbiasa untuk membebani diri saya dengan tekanan. Namun, ketika saya bersandar kepada Tuhan, kekhawatiran dan tekanan menghilang. Melihat diri saya yang lebih santai dan sehat, saya menyadari bahwa adalah pilihan yang sangat tepat untuk bergantung pada Tuhan dan pengajaran-Nya. Berita baik lainnya adalah keharmonisan keluarga menjadi semakin kuat. Sekarang saya menghabiskan lebih banyak waktu bersama istri dan putra saya, dan kami sangat bahagia dari sebelumnya. Semua ini adalah karunia dan berkat Tuhan. Saya benar-benar bersyukur kepada Bapa dan Ibu karena membuat hidup saya lebih bahagia dan lebih bermakna.

Saya terbiasa untuk percaya bahwa kehidupan sosial dan kehidupan agama tidak dapat berdampingan. Saya pikir saya akan mengikuti Tuhan dengan benar ketika saya pensiun setelah berumur enam puluh tahun. Melupakan fakta bahwa tidak ada seorang pun yang dapat membanggakan hari esok, saya sangat sombong dan bodoh.

Saya membuat Orang Tua Rohani sangat khawatir selama sekitar dua puluh tahun. Jadi, saya harus lebih mengabdikan diri saya pada pekerjaan Injil. Sekarang saya mencoba untuk melakukan semua pekerjaan Injil yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Dengan tujuan dan rencana Injil, saya menikmati diri saya setiap hari dan merasa jiwa saya hidup. Kenalan yang bekerja di berbagai industri, mahasiswa yang saya ajarkan… Jaringan yang begitu luas juga akan menjadi koneksi yang berharga yang Tuhan berikan kepada saya untuk menuntun lebih banyak jiwa. Saya berdoa agar hati saya akan selalu dipenuhi dengan syukur, serta agar tekad dan komitmen saya akan berlanjut hari demi hari.