Kasih Itu Tidak Mudah Marah

Kemarahan tidak datang dari luar tetapi berkobar dari dalam. Jadi Anda bisa mencari cara untuk mengendalikan amarah Anda di dalam diri Anda.

16,483 views

Anda mungkin marah ketika situasi tidak berjalan sesuai dengan keinginan Anda: jika Anda terjebak kemacetan saat waktu janji temu sudah dekat, atau jika hujan turun saat Anda memakai sepatu baru. Namun, kemarahan sebagian besar disebabkan oleh hubungan antarmanusia.

Saat Anda marah, pembuluh darah Anda membengkak, wajah Anda menjadi ungu karena marah, mata Anda terbuka lebar, pernapasan Anda menjadi lebih cepat, dan tekanan darah Anda meningkat. Anda mungkin dengan mudah melontarkan komentar yang menyakiti hati atau mengabaikan orang lain yang ingin Anda serang. Antusias dengan prasangka Anda, Anda tidak dapat memahami situasinya dan bahkan kemampuan Anda untuk memecahkan masalah menjadi menurun.

Kemarahan tidak hanya berbahaya bagi kesehatan Anda secara fisik dan mental, tetapi juga memicu pertengkaran dengan mengganggu orang lain. Jika Anda tidak bisa mentolerir amarah dan menembakkan panah amarah ke arah orang lain, Anda mungkin merasa lega saat itu, namun tidak dapat menyelesaikan masalah, keduanya malah tersinggung. Dalam banyak kasus, orang bertengkar dengan anggota keluarganya karena tidak bisa menahan amarahnya.

Selama orang-orang dengan situasi dan nilai yang berbeda hidup bersama, konflik tidak dapat dihindari dan api kemarahan dapat berkobar kapan saja. Jika Anda selalu marah, Anda tidak punya pilihan selain dikucilkan dari keluarga atau masyarakat. Sebaliknya, jika Anda selalu menahan amarah, Anda akan merasakan batas kesabaran Anda. Lalu, bagaimana cara untuk melewati situasi ini dengan bijak?

Penyebab kemarahan

Biasanya orang akan marah ketika merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan mereka menganggap bahwa mengungkapkan kemarahannya adalah tindakan yang wajar terhadap hal yang tidak adil. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa ada alasan yang baik atas kemarahan mereka, dan pihak lain yang menyebabkannya.

Namun, jika Anda berpikir bahwa alasan Anda marah hanya karena orang lain, itu adalah salah penilaian. Rangsangan dari luar bukanlah penyebab kemarahan yang sebenarnya. Penyebab sebenarnya adalah sesuatu yang lain—keinginan dalam diri Anda sendiri. Setiap orang mempunyai keyakinan, kerangka, dan aturan masing-masing yang mereka anggap benar dan universal. Jika perkataan dan tindakan orang lain sesuai dengan ekspektasi, prediksi, atau nilai Anda, Anda memiliki perasaan yang baik terhadapnya. Jika tidak, Anda akan mempunyai perasaan negatif.

Ketika kondisi anda baik, jika keluarga anda meminta bantuan anda, anda bisa memberikan bantuan dengan senang hati. Namun jika Anda lelah, Anda mungkin akan merasa kesal. Meskipun pasangan Anda bertindak dengan cara yang sama, pada hari-hari tertentu Anda marah dan pada hari-hari lainnya tidak.

Oleh karena itu, penyebab kemarahan bukan pada orang lain, melainkan suka atau tidak suka dengan perilaku pihak lain saat itu. Pikiran bahwa orang lain membuat Anda marah hanyalah rasionalisasi diri. Faktanya, ini karena Anda tidak memiliki cukup kendali atas pikiran Anda.

Oleh karena itu, ketika Anda sedang marah, Anda harus bertanya pada diri sendiri, “Apa yang saya inginkan?” Mengenali keinginan dan harapan Anda sendiri, prasangka dan kesalahpahaman, Anda akan mendapat petunjuk untuk menyelesaikan kemarahan Anda. Dan dengan sudut pandang yang paling obyektif, lihat apakah alasan kemarahan Anda memang masuk akal. Jika alasannya tidak mendasar maka emosinya akan melunak.

Bahkan dalam situasi yang sama, kemarahan meningkat ketika Anda menganggap perilaku orang lain disengaja. Jika seorang anak tidak mendengarkan, Anda mungkin berpikir bahwa dia sedang berusaha menyusahkan Anda untuknmendapat masalah; Jika pasangan Anda tidak aktif dalam acara di rumah, Anda mungkin berpikir bahwa dia menyerahkan semuanya pada Anda. Apa yang Anda pahami mungkin sama sekali berbeda dengan fakta atau maksud orang lain. Jika Anda mudah marah, periksa apakah penafsiran Anda terhadap rangsangan terlalu sensitif.

Jika penyebab kemarahan Anda ada pada diri Anda, berarti cara mengatasinya juga ada. Jika Anda mencari tahu apa yang menyebabkan kemarahan Anda dan terus memikirkan cara mengatasinya, Anda dapat mengurangi frekuensi dan intensitas kemarahan, bahkan stres yang ditimbulkannya.

Buatlah tempat istirahat antara emosi dan tindakan

Banyak orang yang tanpa sadar menjadi marah dan kemudian menyesal, ’Mengapa saya melakukan itu?’ Mengekspresikan emosi dalam kemarahan lebih mudah dan sederhana daripada mengungkapkan pikiran melalui percakapan yang tenang. Saat Anda kehilangan kesabaran, bagian otak yang terlibat dalam emosi pertama-tama akan aktif dan kemudian menafsirkan situasinya. Artinya, jangan berpikir sebelum marah, tetapi marahlah sebelum berpikir.

Emosi dan tindakan sangat berbeda. Merasakan kemarahan saja bukanlah masalah besar, namun mengungkapkannya dalam tindakan memerlukan pengendalian. Saat Anda marah, Anda mudah kehilangan akal sehat. Namun, emosi bisa dijinakkan dengan kekuatan nalar. Untuk melakukan itu, Anda harus memperhatikan keadaan emosi Anda terlebih dahulu.

Sambil mengerutkan kening dan meninggikan suara, beberapa orang masih tidak mengakui bahwa mereka sedang marah, sambil berkata, “Kapan saya marah?” Jika Anda memiliki pikiran dan respons fisik negatif seperti tubuh kaku dan wajah memerah karena marah, serta Anda merasakan dorongan untuk mengungkapkan kemarahan, Anda akan segera menyadari bahwa Anda sedang marah. Sekalipun Anda tidak meninggikan suara, Anda perlu mengamati seperti apa perasaan Anda; jika Anda menyalahkan orang lain, mengucapkan kata-kata sarkastik atau menyakitkan, atau berbicara dengan nada memerintah, atau hanya berbicara daripada mendengarkan.

Ketika Anda memisahkan tindakan Anda dari emosi, kekuatan nalar mulai tumbuh lebih kuat. Praktik memisahkan emosi dan tindakan ibarat menciptakan tempat istirahat di jalan raya jaringan saraf di otak. Tanpa tempat istirahat ini, Anda akan melakukan kesalahan dengan mengerutkan kening atau melontarkan kata-kata yang menyinggung saat Anda sedang marah. Meskipun Anda sedang marah, jika Anda mengenalinya dan melihat situasinya secara rasional, Anda bisa merespons dengan lebih baik daripada menjadi marah.

Dapatkan apa yang Anda inginkan tanpa marah

Jika Anda menyadari bahwa Anda sedang kesal, temukan alasannya dan tanyakan pada diri Anda, “Apakah bijaksana untuk marah?” “Apakah aku tidak membuang-buang energiku untuk hal yang sia-sia?” “Apakah semuanya akan berjalan baik jika aku marah?” atau “Dapatkah saya mengatasi situasi ini setelah saya marah?”

Beberapa orang tua mengatakan anak-anak mereka mendengarkan mereka ketika mereka marah. Namun, ketika orang tua marah, anak-anak menjadi ketakutan saat itu dan berhenti bertindak untuk menghindari situasi tersebut, tetapi tidak menunjukkan sikap merenungkan kesalahannya atau berusaha untuk tidak mengulangi perilaku yang sama. Mengubah perilaku anak dengan cara seperti itu tidak mempunyai dampak pendidikan, melainkan kehilangan kesempatan untuk mengajari mereka perilaku yang benar.

Kemarahan lebih mudah diungkapkan ketika Anda menganggap orang lain lebih lemah atau lebih rendah dari Anda; bahkan jika Anda marah, orang lain tidak punya pilihan selain mendengarkan, sehingga Anda tidak terlalu berusaha mengendalikan emosi. Jika Anda tidak memandang rendah orang lain tetapi menghormatinya, Anda dapat menyelesaikan masalah dengan lebih rasional dalam situasi konflik.

Anda tidak bisa mendapatkan apa yang Anda inginkan dari orang lain dengan tatapan bermusuhan atau nada sinis. Jika Anda tidak bermaksud berdebat, Anda perlu dengan tenang menuntut apa yang Anda inginkan setelah amarah Anda mereda. Bahkan jika Anda diperlakukan tidak adil, lebih baik jika Anda bersikap tenang.

Sebuah survei mengenai kasus melampiaskan kemarahan pada anggota keluarga menunjukkan bahwa pasangan suami istri marah ketika mereka merasa diperlakukan tidak adil, dan orang tua mengatakan hal tersebut terjadi ketika anak mereka tidak memenuhi harapan mereka. Jika Anda berulang kali marah karena hal yang sama, mengapa Anda tidak memeriksa apakah Anda kurang mengobrol dan memikirkan cara mencegah konflik bersama?

Kalau tidak ada perubahan meski marah, biarkan saja. Ketika sebuah mobil yang berjalan di sebelah Anda tiba-tiba berpindah jalur, meskipun Anda lepas kendali, pengemudi lain tidak mengetahuinya sama sekali. Saat Anda marah dalam situasi tersebut, kemarahan tersebut secara tidak sengaja tersampaikan kepada orang-orang yang ada di dalam mobil Anda. Hal yang sama juga berlaku ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana. Jika Anda berpikir, ‘Kenapa bisa!’ amarah Anda muncul dan segala sesuatunya tampak negatif, tetapi jika Anda fokus pada apa yang harus Anda lakukan, masalah dapat diselesaikan dengan mudah.

“Jika Anda benar, Anda tidak perlu marah. Ketika Anda salah, Anda tidak berhak marah,” kata Gandhi. Tidak ada alasan untuk marah apakah Anda benar atau salah. Situasi di mana Anda tidak setuju dengan orang lain bukanlah saat untuk marah dan bertengkar, tetapi untuk menguji apakah kemampuan batin Anda cukup baik untuk menyelesaikan masalah yang ada secara damai.

Sebuah keluarga dibangun atas dasar kasih. Kadang-kadang, tidakkah Anda salah berpikir bahwa kasih sebagai keyakinan bahwa Anda bisa marah tanpa menekan emosi, sehingga membuat keluarga dan diri Anda sendiri tidak bahagia? Mengekspresikan kemarahan dalam diri Anda ibarat memaksa orang di sekitar Anda untuk mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi kesehatan.

Alkitab mencantumkan ciri-ciri kasih, dan yang pertama adalah “sabar”. “Tidak mudah marah” juga merupakan salah satu syarat terpenuhinya kasih. Seperti halnya Anda hanya ingin memberikan hal-hal baik kepada orang yang Anda kasihi, sampaikanlah perasaan baik Anda disertai dengan upaya Anda untuk tidak marah pada keluarga. Di rumahmulah keutamaan “sabar dan tidak mudah marah” yang paling harus ditunjukkan, karena kasih adalah fondasi keluargamu.