Hingga Saya Menuntun Satu Jiwa

Maria Cleofe Cuchillo Gutierrez dari Lima, Peru

9,458 views

Sebelum saya bertemu kebenaran, saya mencoba berkali-kali untuk beriman kepada Tuhan tetapi hal itu tidak terwujud bagiku.

Saya berpikir, “Memiliki keyakinan agama sepertinya bukan kesukaan saya. Apakah saya akan bertemu Tuhan setelah kematian?”

Frustrasi datang bersamaan dengan banyak pikiran. Setiap hari, saya bertanya pada diri sendiri, “Di akhir hidup ini, apa yang akan terjadi pada saya? Kemana saya akan pergi?” Saya memberikan semua waktu dan tenagaku untuk belajar, menghibur diriku sendiri bahwa itulah yang perlu kulakukan; tetapi ada sesuatu yang selalu terasa hampa dan saya tidak bahagia sama sekali. Saat saya merencanakan masa depanku, mau tak mau saya bahwa segala sesuatunya tidak ada artinya. Saya ingin menemukan sesuatu yang bisa memberi saya kebahagiaan.

Sekitar waktu itu, saya punya waktu sekitar tiga jam di antara perkuliahan, jadi saya pergi keluar untuk berjalan-jalan, meski saya tidak tahu ke mana arahnya. Saya melihat orang-orang memberitakan firman Alkitab. Salah satu dari mereka datang dan memberitahukan tentang Tuhan Ibu. Pada awalnya, saya tidak begitu tertarik, namun setiap ayat yang mereka tunjukkan sangat jelas, dan saya terkesan dengan kesaksian-kesaksian yang pasti dalam Alkitab. Selama lebih dari dua jam, saya mendengarkan firman Tuhan dan menerima berkat hidup baru. Saya tidak tahu apa yang terjadi padaku saat itu, tetapi satu hal yang saya tahu pasti adalah saya bahagia dan berkata, “Saya merasa hidupku menjadi bermakna.”

Hari itu, perjalanan baru dalam hidupku dimulai. Setelah saya menyadari Bapa dan Ibu, saya mulai ikut menginjil. Namun, meskipun orang-orang melihat firman yang tertulis dengan jelas di dalam Alkitab, mereka tidak mau memahaminya dan semua temanku mencemoohku. Ketika hal ini terjadi berulang-ulang, saya menjadi kesal. Saya memberi tahu saudari yang pertama kali menginjil kepadaku tentang kesulitan yang saya alami. Dia berkata bahwa membutuhkan banyak air mata dan keringat serta banyak pengorbanan untuk menuntun satu jiwa. Saya sangat tersentuh ketika mendengar bahwa dia bertemu dengan saya pada hari-harinya yang panjang dan penuh kegelisahan karena tidak hasil. Namun bahkan pada saat-saat itu, saya tidak menyadari bahwa semua mukjizat Injil berasal dari kuasa Tuhan. Di Sion, saya seperti anak perempuan yang dimanjakan. Saya menerima banyak kasih dan bantuan dari para anggota Sion. Ketika saya menjadi lebih rajin dalam Injil, imanku juga bertumbuh, namun saya khawatir karena sangat sulit untuk menghasilkan buah. Bahkan jiwa-jiwa yang dituntun dengan susah payah pun tidak bertahan lama di Sion.

Akhirnya, Sion dibangun di dekat rumah saya. Saya berterima kasih kepada Bapa dan Ibu karena mempercayakan saya misi pionir di Sion baru. Semua anggota Sion mmenginjil dengan penuh semangat. Namun tetap saja segala usaha dan semangat kami belum membuahkan hasil yang baik. Kami menyemangati satu sama lain untuk bersorak dan tidak pernah menyerah, memikirkan berkat yang Bapa dan Ibu persiapkan bagi kami, namun tidak ada jiwa yang dituntun menuju keselamatan selama beberapa bulan.

Dalam situasi yang sulit ini, saya mulai menyadari pengorbanan Bapa dan Ibu sedikit demi sedikit. Saya juga menyadari bahwa saya telah melewatkan sesuatu yang penting. Itu adalah kasih. Saya pikir menaati peraturan Tuhan dan memberitakan kebenaran saja sudah cukup, namun saya melupakan faktor terpenting dalam Injil. Seharusnya saya memberitakan kebenaran dengan hati Ibu yang sungguh-sungguh mencari jiwa, bukan dengan hati yang hanya ingin berbuah.

Dengan penuh harapan bahwa mereka yang belum mendengar Injil akan mendengar kebenaran dan diselamatkan, kami memberitakan Injil lebih lebih sungguh-sungguh lagi. Kami juga mengadakan pertemuan doa untuk bertemu dengan jiwa-jiwa indah yang sedang mencari Tuhan.

Lalu akhirnya, kami bertemu dengan seseorang yang sedang mencari Tuhan di taman dekat Sion, dan orang ini sangat memperhatikan jiwanya. Setelah memastikan nubuat yang menakjubkan dalam Alkitab, dia berjanji untuk bertemu lagi pada hari berikutnya yaitu hari Sabat untuk mempelajari firman Tuhan.

Pada hari Sabat, oleh karunia Tuhan, dua jiwa yang telah belajar selama beberapa bulan datang ke Sion untuk menerima berkat keselamatan. Melihat anggota keluarga sorgawi yang akhirnya kami temui setelah sekian lama, saya sangat bahagia hingga saya tidak benar-benar menyadari apa yang sedang terjadi. Ketika hampir waktunya janji temu kami dengan orang lain, kami pergi ke taman untuk menemui orang yang kami temui beberapa hari sebelumnya. Dan itu dia. Dia datang ke Sion dan ikut mengadakan kebaktian. Setelah mempelajari Alkitab, dia menjadi anak Bapa dan Ibu Sorgawi. Dalam satu hari, Tuhan memberkati kami tiga jiwa yang indah. Saya tidak akan pernah bisa melupakan hari itu. Itu adalah hari ketika saya menyadari bahwa menuntun jiwa menuju keselamatan adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Saudari yang kami temui di taman segera menyadari kasih dan pengorbanan Tuhan, dan mencoba berpartisipasi dalam festival penginjilan. Dia juga terus belajar Alkitab dan menghilangkan rasa takutnya. Kemudian, dia mulai memberitakan Injil dengan berani. Orangtuanya menganianyanya karena bertentangan dengan keyakinannya, namun keyakinannya bertumbuh dari hari ke hari dan dia mengatasi kesulitan dengan sukacita.

Pada hari pertama dia keluar untuk menginjil, kami bertemu dengan sepasang suami istri. Ketika mereka mendengar tentang Tuhan Ibu di dalam Alkitab, mereka terkejut.

“Sungguh, Tuhan Ibu itu ada!”

Mendengar saudari itu dengan suaranya yang lantang dan tegas, saya pun ikut terharu. Pasangan ini akhirnya mengetahui Roh Kudus dan Pengatin Perempuan, yang merupakan Juruselamat pada zaman ini, dan dengan gembira menerima Paskah yang memberi kita hidup yang kekal. Mereka menerima berkat keselamatan. Sejak itu, mereka mempelajari Alkitab dan memelihara hari Sabat. Saya sangat berharap saudara-saudari yang telah menerima hidup baru dalam kehendak Tuhan, bertumbuh dalam iman yang indah dan menyadari kasih Bapa dan Ibu yang tak terbatas.

Sekarang saya mengerti dengan hati saya mengapa hal itu membutuhkan air mata dan keringat serta banyak pengorbanan sampai menuntun satu jiwa. Saya juga menyadari bahwa saya harus mencari saudara-saudariku, dengan hati Ibu yang sayang sungguh-sungguh ingan menyelamatkan anak-anaknya dari rantai kematian, dengan mengandalkan kuasa Tuhan, bukan kuasaku. Saya akan menginjil dengan sepenuh hati sehingga saya dapat dengan penuh semangat mengatakan, “Saya telah memenuhi misi saya untuk menginjil kepada tujuh miliar orang!” pada hari kedatangan Bapa.