Kemah Suci

42,058 views

1. Kesepuluh Perintah dan kemah suci

Saat Musa menerima loh batu yang dituliskan dengan Kesepuluh Perintah di atas Gunung Sinai, Tuhan menunjukkan kepadanya kemah suci di sorga. Saat Musa turun dari gunung, dia menyampaikan firman Tuhan kepada umat Israel dan memanggil orang-orang agar mengumpulkan bahan-bahan seperti emas, perak, dan lenan halus untuk mendirikan kemah suci yang akan menjadi tempat disimpannya Kesepuluh Perintah. Orang-orang membawa pemberian sukarela setiap hari, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk membangun kemah suci lebih dari cukup untuk segala pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga Musa mengatakan kepada mereka untuk tidak membawanya lagi (Kel 35:4-36:7).

Bezaleel dan Aholiab serta para ahli lainnya, yang telah dikaruniai Tuhan dengan pengertian, keahlian dan pengetahuan, mulai membangun kemah suci; dan pada hari pertama dari bulan yang pertama pada tahun kedua, kemah suci didirikan. Lalu mereka menempatkan tabut perjanjian, yang berisi loh batu dengan Kesepuluh Perintah tertulis di atasnya, di dalam Tempat Maha Kudus (Kel 40:1-38). Karena kemah suci terbuat dari tirai pilinan lenan halus dan benang, maka disebut juga “kemah.” Kemah suci tidaklah tetap, tetapi merupakan bait suci yang dapat berpindah; karena orang Israel melakukan perjalanan di padang gurun.

Setelah kematian Daud, Salomo menjadi raja Israel dan mulai membangun bait suci Tuhan pada tahun keempat masa pemerintahannya, mengikuti keinginan terakhir Daud, ayahnya. Setelah tujuh tahun dan enam bulan, bait suci diselesaikan dan tabut perjanjian ditempatkan di dalam bait suci yang tetap (1 Raj 6:1-38; 2 Taw 5:1-7:1)

2. Struktur kemah suci

Kemah suci merupakan bait suci berbentuk persegi panjang yang dapat berpindah, berukuran 50 hasta lebarnya dan 100 hasta panjangnya (※hasta: satuan panjang sekitar 44,5 ㎝ dari ujung jari tengah sampai siku, dan ada sedikit perbedaan panjang menurut waktu dan tempat).

Pintu masuk ke kemah suci menghadap timur, dan Tempat Yang Maha Kudus, di mana takhta Tuhan ditempatkan, menghadap barat. Mezbah korban bakaran ditempatkan di depan pintu masuk menuju kemah suci, dan bejana pembasuhan diletakkan di antara kemah pertemuan dan mezbah sehingga imam-imam dapat membasuh kaki dan tangan mereka dengan air darinya sebelum memasuki kemah suci. Dinding kemah suci dibagi menjadi bagian dalam dan luar. Bagian luar kemah suci disebut Tempat Kudus, dan bagian dalam disebut Tempat Maha Kudus.

Pada bagian luar kemah suci [Tempat Kudus] terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, kandil emas dan meja roti sajian. Di bagian dalam kemah suci [Tempat Maha Kudus] terdapat tabut perjanjian yang berisi loh batu Kesepuluh Perintah. Tempat Kudus dan Tempat Maha Kudus dipisahkan oleh tirai; tirai ini menutup jalan ke Tempat Maha Kudus. Namun, ketika Yesus mati di atas salib, tirai yang memisahkan Tempat Kudus dan Tempat Maha Kudus terkoyak menjadi dua dari atas ke bawah, dan jalan menuju Tempat Maha Kudus terbuka (Mat 27:50-51).

3. Pohon kehidupan dan Kesepuluh Perintah

Imam-imam mempersembahkan korban kepada Tuhan di dalam kemah suci menurut peraturan. Di antara perabotan di dalam kemah suci, bagian yang paling penting adalah tabut perjanjian yang berisi loh batu Kesepuluh Perintah. Tabut perjanjian ditempatkan di dalam Tempat Maha Kudus. Tidak seorang pun dapat memasuki Tempat Maha Kudus kecuali imam besar; bahkan imam besar dapat memasukinya sekali dalam satu tahun, hanya setelah mengadakan pendamaian bagi dirinya dengan memercikan darah lembu jantan pada hari raya Pendamaian (Im 16:6-34; Ibr 9:1-7). Penutup tabut perjanjian disebut tutup pendamaian. Pada tutup pendamaian terdapat dua kerub yang saling berhadapan dengan sayap-sayapnya dikembangkan. Kerub ini melambangkan kerub yang menjaga jalan ke pohon kehidupan di Taman Eden. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan umat-Nya Kesepuluh Perintah sebagai pengganti pohon kehidupan di Taman Eden. Jika seseorang masuk ke Tempat Maha Kudus, di mana Kesepuluh Perintah [pohon kehidupan] disimpan, dia akan dihukum mati. Kedua anak laki-laki Harun dibakar api dari Tuhan ketika mereka mempersembahkan api yang asing di hadapan Tuhan (Im 10:1-2). Uza juga dibunuh seketika saat dia memegang tabut perjanjian (2 Sam 6:6-8). Kejadian ini disebabkan kerub yang melindungi pohon kehidupan di Taman Eden memiliki pedang yang bernyala-nyala (Kej 3:24).

4. Tempat kudus duniawi dan tempat kudus sorgawi

Tempat kudus duniawi yang dibangun Musa merupakan gambaran dari tempat kudus sorgawi di mana Kristus akan mempersembahkan korban yang sesungguhnya sebagai penengah antara Tuhan dan umat-Nya. Ketika kita berdoa kepada Tuhan pada jam doa setiap hari dan pada hari Sabat, doa-doa kita akan naik dan diterima di hadapan takhta Tuhan, dibawa oleh asap kemenyan, karena Kristus bertugas sebagai Imam Besar kita di dalam tempat kudus sorgawi. Kita juga berkomunikasi dengan Tuhan pada jam doa saat hari-hari raya yang diperintahkan Tuhan, karena Kristus menjadi Imam Besar dan Penengah dalam tempat kudus sorgawi pada hari raya juga (Penengah adalah seseorang yang menengahi antara kedua pihak atau orang untuk mendamaikan mereka). Kristus menjadi korban pendamaian untuk mendamaikan kita dengan Tuhan. Dia juga mendirikan Perjanjian Baru, sehingga Dia berperan sebagai penengah antara Tuhan dan umat-Nya, mengarahkan hati Tuhan kepada anak-anak-Nya dan hati anak-anak kepada Tuhan (Ibr 9:15; Rm 3:25).

Rasul Paulus menuliskan bahwa: Hari-hari raya Tuhan yang dipelihara oleh orang-orang kudus Perjanjian Lama di tempat kudus duniawi dilakukan di bumi, dan hari-hari raya Perjanjian Baru yang dirayakan oleh orang-orang kudus Perjanjian Baru dilakukan di sorga (Ibr 12:22-23). Demikianlah, melalui semua peraturan tempat kudus duniawi, kita dapat memahami tempat kudus sorgawi dan arti hari-hari raya yang dilakukan di tempat kudus sorgawi. Tanpa memahami tempat kudus sorgawi, kita tidak dapat memahami atau merayakan hari-hari raya Perjanjian Baru yang melaluinya dapat diselamatkan.

Kristus, Imam Besar kita, masih menengahi kita di dalam tempat kudus sorgawi. Melalui pekerjaan mediasi Yesus Kristus, doa-doa kita mencapai takhta Tuhan pada jam doa harian, kebaktian hari Sabat dan hari-hari raya. Marilah kita memberikan syukur kepada Kristus atas mediasi-Nya dan memelihara perintah serta hukum Tuhan dengan penuh hormat, sehingga semua dosa kita dapat diampuni.